Kutipan Novel Hujan Karya Tere Liye

2845
Kutipan novel hujan tere liye

Tere Liye adalah salah seorang penulis fenomenal di Indonesia. Novel-novelnya selalu laris manis dan berkesan di hati para pembaca. Termasuk novel Hujan ini. Apalagi jika pembacanya sedang jatuh cinta, patah hati, atau tengah terluka. Selain keseluruhan ceritanya, kutipan novel Hujan ini bisa jadi inspirasi tersendiri.

Sekilas Novel Hujan

Bagaimana jika kita ingin melupakan rangkaian kenangan menyakitkan? Duka dan kehilangan mungkin merupakan kenangan menyakitkan. Namun, yang lebih menyakitkan lagi adalah kenangan indah yang menumbuhkan berjuta harapan lalu luka datang merenggut segalanya. Kenangan indah berubah menjadi taburan garam di atas luka saat mengingatnya. Hadirnya kembali kenangan laksana datangnya sosok yang menggores luka.

Kira-kira seperti itulah yang Lail alami dalam novel Hujan ini. Ia kehilangan ibunya, kehilangan rumahnya. Semua kenangan menyakitkan itu terjadi saat hujan. Namun, yang lebih menyakitkan lagi, ia memiliki banyak kenangan indah saat hujan, jatuh cinta saat hujan, lalu ia merasa akan berpisah selamanya dengan orang yang ia cintai saat dunia kehilangan hujan.

Ya, novel ini sebenarnya adalah novel tentang lingkungan yang mengambil latar waktu masa depan, berkisah tentang perubahan iklim saat dunia terancam pemanasan global dan akan kehilangan hujan. Namun, kisah tentang persahabatan, cinta, dan perpisahan membuat isu serius itu menjadi penuh perasaan.

Esok, nama lelaki itu. Keduanya bertemu pasca gunung meletus pada 21 Mei 2042. Esok menyelamatkan Lail setelah gadis remaja itu kehilangan ibunya. Menjaganya laksana seorang kakak kepada adiknya. Ketika kondisi mulai stabil, keduanya keluar dari tenda pengungsian. Lail yang masih kelas 8 masuk ke panti sosial. Esok yang sudah kelas 12 diadopsi oleh walikota. Meski terpisah, keduanya masih bertemu sebulan sekali.

Esok sudah masuk perguruan tinggi ketika Lail masih diterima di sekolah keperawatan. Kali ini, keduanya terpisah jauh karena Esok kuliah di ibukota. Hanya bisa bertemu saat liburan semester. Namun, sebuah rasa tumbuh berbeda. Lail merasakan perasaannya lebih dari sekadar sayangnya adik kepada kakaknya.  

Ah, jatuh cinta memang tak bisa memilih. Dan ketika sudah cinta, sering kali kita sulit menolaknya. Itu yang Lail rasa. Ia menyadari, selama ini Esok telah mengisi kekosongan hatinya. Esok bisa membuatnya tertawa setelah kesedihan panjang merundungnya. Esok menjadi canda dalam sepinya. Persahabatan berubah menjadi cinta. Apakah Esok juga mencintainya? Lail tidak bisa memastikan.

Hingga puncak konflik akhirnya tiba. Rekayasa iklim yang dimulai oleh negara-negara tropis dan diikuti negara-negara lainnya membawa kerusakan alam. Dunia memasuki fase serius pemanasan global, tidak akan ada hujan, lalu semua manusia akan tewas terpanggang. Aliansi sejumlah negara membuat misi penyelamatan. Esok yang tak lain adalah Soke Bahtera bersama para ilmuwan lain mengembangkan kapal luar angkasa yang membawa perwakilan manusia agar tidak semuanya punah. Hanya orang-orang beruntung yang terpilih sistem secara acak bisa menaikinya.

Lail merasa ia akan berpisah selamanya dengan orang yang ia cintai. Lukanya kian tergores ketika ia merasa bahwa Esok akan berangkat ke luar angkasa bersama gadis cantik anak walikota. Lail yang tak ingin selamanya terluka oleh kenangan memutuskan untuk menghapus ingatannya. Dengan teknologi penghapus ingatan buruk, ia akan menghapus seluruh memori tentang Esok dan hujan. Saat-saat menegangkan dan membuat pipi basah oleh air mata ada di sesi ini. Di halaman-halaman terakhir novel Hujan karya Tere Liye.

Baca juga: Ulasan Buku Rasa Tere Liye

Kutipan Novel Hujan

Jika kita sering mendapati kutipan Tere Liye tentang cinta, tentang perpisahan, dan tentang melupakan, sebagiannya terambil dari novel Hujan ini. Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan, bagian-bagian terbaik dari kutipan Tere Liye tentang cinta dan melupakan adalah kutipan novel Hujan ini.

Nah, berikut ini 10 kutipan terpilih dari novel Hujan Tere Liye:

“Kamu tahu, ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan. Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok.”

“Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta.”

“Jangan pernah jatuh cinta saat hujan. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu.”

Baca juga: Kutipan Novel Rasa

“Tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar. Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian. Hidup ini juga memang tentang menunggu. Menunggu kita untuk menyadari: kapan kita akan berhenti menunggu.”

“Hidup ini juga memang tentang menunggu. Menunggu kita untuk menyadari kapan kita akan berhenti menunggu.”

“Bukan melupakan yang jadi masalahnya, tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.”

“Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami.”

“Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu hingga selesai dengan sendirinya.”

“Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa lapang melepaskan.”

“Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang.”

Baca juga: Suluh Rindu

Demikian 10 kutipan Tere Liye dalam novel Hujan. Mana kutipan terbaik menurutmu? Biasanya, tergantung perasaanmu 🙂 []

Konten sebelumnyaPuisi – puisi
Konten berikutnyaSesuk, Novel ‘Horor’ Tere Liye yang Tidak Mudah Ditebak

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini