Petualangan Sherina 2 yang Bikin Dag-dig-dug

169

Saya sangat beruntung karena saat menonton film ‘Satu Hari dengan Ibu‘ kemarin Rabu (27/9/2023), Allah Swt. menunjukkan kepada saya poster film ‘Petualangan Sherina 2’ tepat di pintu masuk bioskop CGV Icon Mall Gresik. Dari poster itulah, saya menyadari filmnya mulai tayang di bioskop Kamis (28/9/2023).

Saya sempat menimbang kapan mengagendakan menonton lagi. Pasalnya, saya tak pernah maraton menonton film di tanggal bersebelahan. Keputusan menonton trailer dan beberapa lagu-lagu OST film Petualangan Sherina 2 nyatanya sukses mendorong saya langsung tancap gas ke bioskop XXI Gresmall di hari pertama penayangan.

Tepat pukul 14.20 WIB saya memesan tiketnya. Sesuai dugaan, kursi nyaris penuh. Tersisa dua kursi kosong di baris atas (C) dan empat baris kursi di baris terbawah. Siapa sih generasi 90an yang tidak rindu menyaksikan sekuel film petualangan dua bocah pemberani Sherina dan Sadam?

Setelah kemarin berderai air mata waktu menonton Satu Hari dengan Ibu, malam ini saya belum berhasil move on dari dag-dig-dug berpetualang di tengah rimba Kalimantan. Akting duo sahabat Sherina Munaf (memerankan Sherina) dan Derby Romero (memerankan Sadam)–dua pemain utama yang sama dengan film sebelumnya rilis 23 tahun silam (Juni 2000)–tak diragukan lagi.

Saya rasanya masih tegang sampai menahan napas ketika melihat aksi Sherina, Sadam, dan bocah kecil asli Kalimantan bernama Sindai (diperankan Quinn Salman) nekat ngos-ngosan mengejar para oknum pencuri Sayu. Sayu seekor bayi orangutan Kalimantan, satwa langka yang dilindungi namun justru oleh beberapa oknum diperjualbelikan secara ilegal.

Bahkan Sherina dan Sadam rela bertarung melawan pencuri kelas kakap dengan tangan kosong. Ini demi berikhtiar menggagalkan aksi tak terpuji oknum yang menempuh jalur perdagangan gelap satwa langka demi alasan reputasi dan eksistensi. Sementara Sherina dan Sadam mencoba optimis mengembalikan Sayu ke habitat sesungguhnya.

Sayu, bayi orangutan Kalimantan yang dilindungi dalam film Petualangan Sherina 2

Dinamika Pekerja Kantor dalam ‘Petualangan Sherina 2’

Film yang dirilis Miles Film bersama BASE Entertainment dengan durasi 2 jam 10 menit ini awalnya mengajak penonton ikut merasakan semangat, optimisme, sekaligus ambisi Sherina sebagai pekerja milenial. Tampaknya nuansa ini sengaja disesuaikan dengan usia sang pemeran utama maupun para penonton generasi 90an yang tengah memasuki masa dewasa awal. Di mana salah satu tugas perkembangan utamanya seputar bekerja dan mencari pendamping hidup.

Sherina menjadi jurnalis terbaik di stasiun televisi NEXT.TV. Aura positifnya sebagai wanita karir yang cerdas dan pribadi yang menyenangkan sukses menebar kebahagiaan di tempatnya bekerja. Bahkan Sherina sempat ditunjuk oleh atasannya untuk terjun meliput forum internasional di Swiss.

Sayang, impian Sherina bersama Aryo, rekan kameramen yang diperankan Ardit Erwandha, pupus akibat praktik nepotisme. Keponakan pemilik perusahaan itulah yang akhirnya terpilih berangkat liputan di Swiss. Masih terkejut kala dihadapkan pada masalah tak terduga itu, Sherina sempat bernegosiasi dan asertif ke atasannya.

Atasannya pun berusaha meyakinkan Sherina bahwa tugas liputan penggantinya tak kalah penting, yaitu pelepasliaran orangutan di hutan Kalimantan. Kecewa dan marah tak mampu Sherina bendung karena menilai keputusan itu tidak adil bagi jurnalis berbakat seperti dirinya. Sepulang dari kantor, Sherina langsung menyalurkan amarah secara positif. Dia menuju tempat gym dan meninju samsak berulang kali.

Baca juga: Ulasan Film Keluarga Cemara

Peran Dukungan Orang Tua

Meski sudah menyalurkan energi marah di sana, Sherina masih murung di rumah. Dari sinilah potret peran dukungan orang tua ditunjukkan dengan manis. Darmawan–ayahnya yang diperankan Mathias Muchus–pertama kali menyadari buah hatinya sedang tidak baik-baik saja. Meski demikian, Darmawan tak langsung turun tangan. Dia meminta istrinya yang diperankan Ucie Nurul langsung menghampiri Sherina terlebih dahulu untuk mencari tahu.

Komunikasi terbuka terjalin antara Sherina dan ibunya. Sherina bahkan menyatakan dia ingin mengundurkan diri. Saat sudah jelas penyebab Sherina terpuruk, kedua orang tuanya hadir sepenuhnya untuk memotivasi dengan cara mereka masing-masing.

Ibunya dengan bahasa cinta ucapan, sedangkan ayahnya dengan bahasa cinta perpaduan ucapan dan pelayanannya punya cara lain menunjukkan dukungan kepada Sherina. Gadis itu memulai petualangannya meski dengan berat hati.

Perbandingan poster film Petualangan Sherina (2000) dan sekuelnya (2023)

Petualangan Mengenal Diri

Siapa sangka, dari pilihan atasan yang menurutnya tidak adil itu, Sherina justru menemui berbagai kebahagian yang tak dia sangka. Mulai dari percakapan Aryo dengan sopir yang menemani perjalanannya menuju hutan Kalimantan menyampaikan pesan: namanya manusia hanya bisa berencana. Sampai pertemuan Sherina dengan sahabat masa kecil-remajanya yang sangat memahaminya.

Sadam dewasa yang menjadi program manajer Oukal itu bahkan masih ingat kesukaannya dalam hal makanan. Pertemuannya dengan Sadam ternyata juga menjadi petualangan Sherina mengenal dirinya sendiri.

Jika ditarik garis vertikal, di mana kita percaya bahwa segala hal terjadi atas kehendak Allah, maka sebetulnya marah berlebihan itu tak perlu. Karena Allah mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, sehingga ketika menurut hamba-Nya itu buruk, belum tentu demikian kenyataannya.

Baca juga: Ulasan Buku Sang Pangeran dan Janissary Terakhir

Film ini, melalui ibu Sherina, juga mengingatkan bahwa cerdas saja tidak cukup menjadi bekal bertahan hidup di masa dewasa. Hal ini dikuatkan dengan ungkapan kekesalan Sadam terhadap sikap otoriter dan dominan Sherina yang konsisten sejak kecil hingga dewasa. Ada kalanya perlu cerdas mengelola emosi sehingga mampu melihat lebih dekat, eh menilai lebih bijak, dan mengambil langkah terencana.

Dari Sadam pula, film ini mengajarkan betapa menghargai lawan bicara itu penting. Kemauan bekerja sama dengan berbagai pihak mutlak diperlukan karena tak semua hal bisa teratasi dengan turun tangan secara langsung. Ada hal-hal di luar kendali diri kadang menghampiri, sehingga wajar jika butuh bantuan orang lain.

Film ini juga mengingatkan bahaya terlalu ngoyo mengejar ambisi sebatas duniawi. Juga pentingnya memiliki integritas sebagai pemimpin.

Pesan tersirat yang bikin geleng-geleng kepala di film ini muncul ketika salah satu tokoh antagonis bernama Pingkan (diperankan Kelly Tandiono) berpesan kepada oknum yang dia ajak bekerja sama melalui telepon, “Pastikan rapi, jangan ngerepotin saya!”

Tapi tepat saat dia menyuruh mereka melancarkan aksinya dengan “rapi”, dia sendiri tidak membuang sampah kulit apel yang dia kupas. Sampah organik itu tergeletak begitu saja di lantai marmer. Melakukan sendiri memang lebih sulit daripada sekadar menyuruh orang lain melakukannya.

Salah satu adegan dalam film Petualangan Sherina 2

Drama Musikal

Seperti film pertamanya, film yang diproduseri oleh Mira Lesmana dan disutradarai oleh Riri Riza ini jauh dari nuansa membosankan karena dikemas sebagai drama musikal dengan tata musik yang serius. Sherina, Sadam, dan para pemain pendukung pun kompak menari dengan lincah dan ceria.

Berbagai lagu OST tersaji dalam beragam genre. Beberapa ada yang baru. Seperti ‘Hadiah Istimewa’ yang dinyanyikan secara duet oleh Isyana Sarasvati dan Chandra Satria yang juga menjadi aktor dalam film ini. Selain itu, ‘Sayu’, lagu yang dipersembahkan untuk bayi orangutan bernama Sayu juga orangutan lainnya di hutan Kalimantan.

Dari kanal Youtube Trinity Optima Production, lagu Sayu ini yang pertama Sherina garap waktu penulisan naskah. Nuansa dreamy dengan sentuhan akustik etnik memanjakan telinga dan semakin membuat penonton jatuh cinta pada primata endemik Kalimantan itu. Tentunya, cinta ini diwujudkan dalam cara yang benar, seperti tidak memelihara hewan langka maupun mendukung perawatannya melalui donasi ke yayasan pengelola kelestarian orangutan.

Lagu tersebut mengiringi momentum Sayu dan ibunya bergelantungan di pepohanan. Mata Sherina tampak berbinar melihat keduanya memanjat pohon di tengah rimba, bergelantungan di alam liar yang sesungguhnya.

Film ini memang kental dengan pesan penting seputar pelestarian satwa langka. Termasuk edukasi bagaimana pelatihan hingga pelepasliaran orangutan ke hutan. Di akhir film, Sindai mengungkap pesan penting: orangutan memang lucu, tapi bukan untuk hewan peliharaan.

Sherina Munaf dan Derby Romero, pemeran utama film

Kritik Film ‘Petualangan Sherina 2’

Terlepas dari sinematografi yang apik, juga akting para pemain baru seperti Isyana Sarasvati, Kelly Tandiono, dan Randy Danistha yang sukses mengimbangi pemain senior seperti Mathias Muchus dan Ucie Nurul, film ini tentu tak lepas dari kekurangan.

Sebenarnya sulit mencari celah film ini jika tak menggunakan kacamata Islami. Dari sisi mana pun saya berani kasih skor 5. Hanya saja, karena warga Indonesia mayoritas Muslim, alangkah baiknya Lembaga Sensor Film mempertimbangkan kategori film ini.

Saat ini diperuntukkan bagi semua umur. Siapa pun dapat menontonnya. Tapi masih banyak adegan Sherina dan sahabat kecilnya Adam yang telah beranjak dewasa ini bersentuhan, bahkan nyaris ciuman.

Begitu pula adegan pertarungan dengan para oknum yang banyak melibatkan kekerasan fisik. Juga umpatan dari salah satu tokoh utama ketika menghadapi tantangan hidup. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua tetap ikut mendampingi anaknya ketika menonton film ini.

Ditulis oleh: Sayyidah Nuriyah (Kordiv Humas FLP Gresik)
TINJAUAN IKHTISAR
Sinematografi
Akting
Plot
Pesan Moral
Konten sebelumnyaMeriahnya Inagurasi Anggota Baru FLP Cabang Nganjuk 2023 Berkat Dukungan Sponsor
Konten berikutnyaUpgrading Nasional FLP: Penulis Harus Kaya Gagasan
petualangan-sherina-2Film ini memang kental dengan pesan penting seputar pelestarian satwa langka. Termasuk edukasi bagaimana pelatihan hingga pelepasliaran orangutan ke hutan. Di akhir film, Sindai mengungkap pesan penting: orangutan memang lucu, tapi bukan untuk hewan peliharaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini