Beberapa orang mengira saya belum menikah. Mulai dari tukang bangunan, sopir, sampai takmir masjid.
“Mas yang punya rumah ini?” tanya seorang tukang saat saya berkunjung meninjau renovasi rumah, tahun lalu.
“Iya, Pak.”
“Mas sudah berkeluarga?”
“Sudah, Pak. Saya sudah punya anak tiga.”
Di tahun yang sama, setelah mengisi kajian perdana di sebuah Masjid, salah seorang pengurus takmir bertanya, “Ustadz sudah menikah?”
“Sudah, Pak. Saya sudah punya tiga anak.”
“Kelihatannya masih muda.”
Pernah juga di Masjid Istiqlal. Saat itu saya sama istri tidak membawa anak-anak.
“Ayo, Mas naik bajai saja sama pacarnya,” kata sopir yang melihat kami jalan keluar.
Kami hanya tersenyum saat menaiki bajai itu.
Saya menikah di usia 20 tahun. Sewaktu masih menjadi mahasiswa. Sudah berpenghasilan, tentu saja. Meskipun masih sangat minim. Persisnya Rp650.000,- Kalau dihitung secara matematis, kayaknya nggak mungkin bisa hidup berumah tangga di Surabaya dengan gaji segitu.
Dan kenyataannya, beberapa kali listrik kontrakan kami diputus sementara oleh PLN, Karena terlambat bayar. Itu mungkin dukanya menikah muda. Penghasilan belum mapan. Namun justru itu juga menjadi kenangan indah, berjuang berdua dari bawah.
Tentu sukanya jauh lebih banyak. Sebab menikah adalah salah satu nikmat terindah. Apa saja sukanya? Setidaknya ada lima poin.
1. Lebih Dini Menyempurnakan Separuh Agama
Menikah adalah ibadah terpanjang. Bukan hanya hitungan bulan atau tahun, ia bisa puluhan tahun hingga maut memisahkan.
Menikah artinya menyempurnakan separuh agama. Semakin cepat kita menikah, semakin dini kita menyempurnakan separuh agama. Semakin cepat kita menikah, semakin cepat kita memenuhi seruan Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam.
يَامَعْشَرَ الشَّبَابِ: مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
“Wahai pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu maka hendaknya menikah, karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan.” (HR. Bukhari)
2. Lebih Bahagia
Hasil riset National Marriage Project’s 2013 di Amerika Serikat (AS) menunjukkan, prosentase tertinggi orang yang merasa sangat puas dengan kehidupan pernikahan adalah mereka yang menikah di usia 20-28 tahun.
Dan ini pula yang kami rasakan. Menikah muda membuat hidup lebih tenang dan bahagia. Kalau sebelum menikah kadang galau, setelah menikah ada teman curhat yang saling membahagiakan.
Menikah di masa muda, ego-ambisi relatif belum ada. Mudah saling menerima. Meskipun hidup sederhana, istri lebih mudah ridha dan bahagia. Kita merintis dari bawah bersama-sama.
3. Lebih Puas dalam Bercinta
Ini agak disensor ya. Intinya sejalan dengan atsar dari Ibnu Umar dan hasil studi Dana Rotz dari Harvard University. Kondisi fisik mendukung karena sangat prima. Hasrat tersalurkan dengan halal bahkan mendapatkan pahala.
4. Emosi Lebih Stabil
Menikah di usia muda terbukti lebih cepat mendewasakan pasangan tersebut. Emosinya lebih terkontrol karena hadirnya ketenangan dalam pernikahan.
Hasil studi sosiolog Norval Glenn dan Jeremy Uecker mendukung hal ini. Menikah pada usia muda, menurut studi tersebut, akan lebih bermanfaat dari sisi kesehatan dan mengontrol emosi.
Sebelum menikah, saya sering sakit dan kalau sakit agak lama sembuhnya. Alhamdulillah setelah menikah terasa lebih bugar. Kalaupun sakit, biidznillah lebih cepat sembuhnya.
5. Lebih Mudah Meraih Kesuksesan
Sebagian orang menunda menikah dengan alasan mencapai jenjang karir tertentu atau hidup mapan terlebih dahulu. Padahal, saat seseorang telah menikah, ia menjadi lebih tenang, merasakan sakinah.
Dengan ketenangan dan stabilnya emosi ini, ia bisa lebih fokus dalam meniti karir dan beraktifitas apa pun, baik dakwah maupun mencari maisyah.
Yang paling utama, Allah sendiri yang menjanjikan. Bahwa dengan menikah, Allah akan menjadikan lebih kaya.
… jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.. (QS. An Nur: 32)
Saya dulu tidak pernah membayangkan bisa nyetir mobil, apalagi punya mobil. Setelah menikah, Allah menganugerahkan karunia-Nya. Bukan hanya bisa nyetir tapi juga Allah mampukan beli mobil.
Dengan menikah di usia muda, saya juga merasakan waktu yang lebih produktif. Mempelajari hal-hal baru. Lebih banyak membaca dan lebih produktif dalam berkarya. Dari pengalaman pernikahan, bersama istri saya banyak aktif dalam mendampingi edukasi pra nikah hingga pasca nikah. Bikin kelas merawat cinta hingga menerbitkan buku Cinta Sehidup Sesurga. [Muchlisin BK]