Judul: 30 Hari Penuh Inspirasi
Penulis: FLP Jawa Timur
Penerbit: Embrio Publisher
Tanggal terbit: Agustus 2022
QRCBN: 62-391-2267-039
Tebal halaman: xiv + 208 halaman
Dimensi: 14 cm x 20 cm
Menulis bukan sekadar merangkai kata dan menyusun kalimat. Menulis adalah pekerjaan besar membangun jiwa dan menginspirasi dunia. Kabar baiknya, ia tidak harus berupa teori-teori pelik atau mensyaratkan tingginya sastra. Ia bisa dimulai dari kisah-kisah ‘sederhana’ yang kita alami dalam kehidupan nyata.
Banyak tokoh dan ulama yang menuliskan kisah-kisah dalam hidupnya kemudian menjadi karya yang menginspirasi begitu banyak pembaca. Misalnya Buya Hamka dengan Kenang-Kenangan Hidup, Hasan Al-Banna dengan Memoar-nya, dan Ibnu Al-Jauzi dengan Shaid Al-Khatir. Selain berisi pengalaman pribadi, buku yang disebut terakhir ini merupakan ‘catatan harian’ setiap kali penulisnya mendapatkan inspirasi dari perenungan. Buku inilah yang kemudian melambungkan nama Ibnu Al-Jauzi. Juga disebut-sebut sebagai masterpiece dari sekitar 2.000 jilid buku karyanya.
Sebelum menjadi inspirasi bagi orang lain, sering kali dengan menulis kita menginspirasi diri sendiri. Menghadirkan bahagia dalam jiwa. Karenanya beberapa ahli kesehatan mental merekomendasikan terapi menulis untuk mengatasi stres, depresi, dan kecemasan.
Yoon Hong Gyun, psikiater yang salah satu bukunya menjadi #1 bestseller di Korea Selatan karena terjual lebih dari 1 juta eksemplar, menjelaskan bahwa menulis merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan matang yang disebut ‘sublimasi’. Yakni pelepasan keinginan atau emosi yang tidak diizinkan secara sosial dengan aktivitas tingkat tinggi. Dengan menulis, seseorang bisa mengubah rasa sakit dan luka jiwa menjadi sesuatu yang produktif. Menulis adalah sarana healing yang efektif.
Membaca kembali tulisan kita juga menguatkan jiwa. Ketika dipenjara pada 1964, Buya Hamka minta keluarganya yang membesuk untuk membawakan buku Tasawuf Modern. Dengan membaca buku ini, Buya Hamka merasa diingatkan kembali oleh dirinya sendiri untuk sabar dan tegar menghadapi risiko perjuangan.
Jika sebuah karya bisa mengingatkan kembali penulisnya, pengaruh karya itu akan lebih dahsyat bagi para pembaca. Salah seorang pembaca Tasawuf Modern menceritakan, dirinya hampir saja bunuh diri. Biidznillah, dengan membaca buku tersebut, ia kembali memiliki semangat untuk hidup.
Ketika sedang sedih dirundung ujian, Aidh Al-Qarni menulis La Tahzan. Buku itu membangkitkan semangatnya, lalu menginspirasi banyak orang dan menjadi motivasi bagi mereka yang sedang berduka. Hingga saat ini, La Tahzan telah dicetak jutaan eksemplar dan diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa.
Pun karya-karya penulis Forum Lingkar Pena (FLP). Ada yang menginspirasi ratusan ribu hingga jutaan orang, khususnya setelah diangkat ke layar lebar. Misalnya Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman el Shirazy. Ada yang menjadi wasilah banyak pemuda untuk berhijrah seperti Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa. Ada yang menumbuhkan kepedulian dan semangat melawan tirani seperti Hingga Batu Bicara.
Baca juga: Pelangi Rasa
Saya yakin, buku 30 Hari Penuh Inspirasi ini juga memiliki dua dimensi manfaat; bagi penulisnya dan bagi pembaca. Tak hanya memotret peristiwa dan kenangan kehidupan, tetapi juga menjadi inspirasi pribadi bagi penulisnya. Sedangkan bagi pembaca, kita bisa memetik hikmah dan belajar dari pengalaman para penulisnya. Buku ini berisi kumpulan kisah inspiratif terbaik karya anggota FLP Jawa Timur peserta tantangan menulis 30 Hari Penuh Inspirasi. Para penulisnya adalah pejuang pena tangguh yang secara konsisten menulis setiap hari selama Ramadan 1443 hijriah. Kemudian Divisi Karya FLP Jawa Timur menyeleksi kisah-kisah inspiratif tersebut dan membukukannya agar bisa kita nikmati bersama. Terima kasih, Divisi Karya. []