Flpjatim.com,- Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Setidaknya itu yang disampaikan seorang filsuf, Arthur Schopenhevet tentang kebrutalan manusia. Kita terobsesi dengan kemegahan dan kemenangan. Dengan kemegahan mereka bisa membusungkan dada dengan bangga kepada manusia lain, dengan kemenangan mereka bisa merebut apa yang selama ini tidak miliki.
Ketika membahas kemenangan, di tanah Eropa terjadi masa suram. Saat jalur perniagaan terputus di Konstantinopel, bangsa Eropa merasa kehilangan sumber kebutuhan mereka yang berasal dari timur. Barang-barang tersebut mulai dari kebutuhan pokok hingga barang-barang mewah, salah satunya adalah rempah-rempah.
Menurut M C Ricklefs dalam bukunya, History of Modern Indonesia since c. 1200 (2008), bangsa Eropa ingin langsung datang ke sumber rempah-rempah di Nusantara, terutama di kepulauan Maluku. Tempat yang dipercaya sebagai sumber “tanaman emas” yang selama ini mereka buru.
Rempah adalah barang mewah kala itu. Selain sebagai pelengkap bumbu masakan, rempah-rempah juga menjadi simbol kemewahan yang ditunjukkan para bangsawan. Sebab mampu memesan bahan yang sangat jauh jarak dan tantangannya. Bagi para penyedia rempah-rempah, menyembunyikan lokasi asal merupakan cara terbaik untuk meningkatkan harganya. Lagipula, mempertahan nilai jual rempah-rempah itu penting.
Mereka yang membawa rempah-rempah seperti membawa emas yang bisa tumbuh. Harga rempah-rempah seperti pala, cengkeh, lada, dan lainnya ditimbang menyesuaikan timbangan emas. Selain kaya manfaat, mitos seputar asal rempah-rempah tersebut juga menaikkan harga jualnya. Monster, tepi bumi, hingga naga mewarnai narasi pedagang rempah-rempah di daratan Eropa. Di Kontanstinopel barang-barang yang berasal dari tanah “ajaib” diperdagangkan.
Namun masa-masa itu telah pergi. Semenjak Bangsa Turki Ottoman menaklukkan Konstantinopel tahun 1453, jalur pengiriman rempah-rempah dan kebutuhan lainnya jadi terputus. Sebenarnya tidak benar-benar terputus, karena mereka (orang-orang Turki) masih membuka Konstantinopel sebagai pusat perniagaan, namun ada pajak dan biaya tambahan yang harus mereka bayar. Selain itu, para bangsawan Eropa merasa gengsi bila harus berniaga dengan orang-orang Turki Ottoman.
Kembali lagi ke pembahasan awal, obsesi akan kemegahan dan kemenangan masih menghantui para penguasa. Kini mereka berambisi menyaingi Turki Ottoman yang telah menguasai Konstantinopel, obsesi akan rempah-rempah berubah menjadi ambisi mengalahkan mereka (orang-orang Turki) serta membangun kebanggaan mereka yang pernah hancur karena perang salib dan pertempuran Konstantinopel.
Semboyan 3G (Gold, Glory, Gospel atau kekayaan, kemenangan, dan ajaran rohani) jadi visi mereka mencari sumber rempah-rempah. Semenjak Christopher Colombus menemukan jalur pelayaran ke dunia baru, mitos dunia yang penuh misteri mulai terbuka dan menjadi awal perjalanan orang-orang Eropa menemukan kejayaan mereka.
Penjelajahan memburu kejayaan dipelopori oleh bangsa Spanyol, dimana ekspedisi Colombus menemukan jalur menuju benua Amerika. Kemudian disusul bangsa Portugis, Inggris dan Belanda. Mereka melakukan ekspedisi dengan cara yang beraneka macam. Baik cara yang baik maupun yang cara kasar. Penaklukan jadi jalan terakhir mereka demi menguasai daerah penghasil emas dan daerah yang subur.
Salah satu tujuan mereka (orang-orang Eropa) tertuju pada daerah kepulauan yang ada di selatan. Kepulauan yang menyimpan “serpihan surga” di bumi itu sudah lama diceritakan oleh para penjelajahan, baik dari catatan orang-orang asing seperti di Tionghok, Arab, dan India maupun dari orang-orang mereka sendiri seperti Marcopolo dan lainnya.
Negeri di garis katutistiwa tersebut merupakan daerah yang ramai perniagaan dan subur pertaniannya. Selain itu ada kekayaan lain yang belum mereka ketahui mengenai hasil tambang seperti emas, perak, dan mineral lainnya. Negeri itu sering disebut Nusantara, kawasan perniagaan yang menghubungkan kebudayaan serta hasil karyanya. Di sini mereka mulai berinteraksi dengan masyarakat sekitar apa abad 15-16.
Dari ekspedisi mandiri para pedagang berkembang menjadi ekspedisi yang disponsiri negara dan korporasi. Godaan memonopoli perdagangan rempah-rempah jadi asal dari penguasaan, setidaknya mereka bisa memotong mata rantai perniagaan yang selama ini panjang dan memakan biaya tambahan yang banyak.
Sejak saat itu, orang-orang Eropa berbondong-bondong berlayar ke Nusantara. Kepulauan Maluku jadi tujuan mereka, rempah-rempah seperti pala, lada dan cengkeh jadi jujukan utama mereka berpetualang. Setidaknya ada empat bangsa Eropa yang pernah menyambangi, bahkan menguasai Nusantara hingga kekuasaan mereka berakhir. Keempat bangsa itu adalah bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris.
Dari keempat bangsa itu, hanya Belanda yang berkuasa paling lama di Nusantara. Spanyol-Portugis jadi pelopor penjelajahan ke dunia baru. Mereka menjadi penguasa di dunia baru seperti di benua Amerika dan Amerika latin. Meksiko jadi basis utama Spanyol dan Brazil menjadi basis utama Portugis. Sedangkan di kawasan Asia, daerah jajahan mereka tidak seluas di kawasan Amerika dan Amerika latin. Yang memimpin kawasan Asia justru bangga setelah mereka seperti Inggris dan Belanda, di benua Asia Inggris berjaya, sedangkan di kawasan Nusantara Belanda yang berkuasa.