“Siapa yang terpilih jadi Ketua?” tanya Sekjen BPP FLP saat kami bertemu di acara halalbihalal.
“Pak Joyo Juwoto.”
“Sejak dahulu dia berkali-kali dicalonkan selalu menghindar, akhirnya terpilih juga.”
Sungguh, takkan luput apa yang Allah takdirkan. Takkan tertukar apa yang Allah takar. Tugas kita hanya berdoa dan ikhtiar.
***
Banyak cerita di balik Musyawarah Cabang IV FLP Tuban yang akhirnya diselenggarakan pada Sabtu, 21 Mei 2022. Awalnya, Ketua FLP Tuban Mbak Tyzha Inandia ingin mempercepat Muscab ke bulan Maret. Waktu itu, saya tidak setuju. Sebab Muscab terakhir FLP Tuban tercatat Juni 2020.
“Sebaiknya Juni. Kalaupun terpaksa maju atau mundur, sebaiknya satu bulan saja. Namun, jika ada alasan kuat harus Muscab Maret, bisa dipertimbangkan.” Aneh ya di FLP ini. Ketika di banyak organisasi lain orang berebut posisi, di FLP justru banyak yang menghindar. Ketika banyak pejabat ingin memperpanjang masa jabatan, di FLP justru ingin segera mengakhiri masa kepengurusan.
Setelah diskusi agak panjang, Muscab tidak jadi dimajukan. Di sisi yang lain saya memaklumi alasan-alasan yang nantinya juga disampaikan Mbak Tyzha saat Muscab di Sanggar Caraka.
Takdir Tak Terelakkan
Karena tidak jadi Muscab, dipakailah 27 Maret sebagai Pra-Muscab. Semula saya berencana hadir. Namun saat waktunya digeser siang dan tempatnya berubah dari Tuban kota ke Bangilan, dengan berat hati saya sampaikan tidak bisa memenuhi undangan. Sebab siang itu saya terjadwal menjadi narasumber sebuah acara Tarhib Ramadan.
Usai idulfitri, Jarcab menyampaikan di grup Kabinet Al-Fatih jadwal Turba ke FLP Tuban pada 21 Mei. Semula langsung saya iyakan. Namun ketika ada kabar Bunda Sinta Yudisia bisa mengisi halalbihalal FLP Jatim pada 22 Mei, rencana berubah lagi. Saya tidak bisa ke Tuban, Turba akan diwakili Mas Capung selaku Jarcab Zona Pantura.
“Nanti saya hadir ke Tuban pas Muscab saja.” Di sinilah terjadi miskomunikasi. Anggota Cabang yang sudah bersemangat untuk berkumpul di Sanggar Caraka karena akan dihadiri Pengurus Wilayah, mendapatkan kabar bahwa tidak ada Pengurus Wilayah yang bisa hadir.
“Kalau FLP Tuban jadi pengajuan Muscab tanggal 21, apa ada perwakilan dari Jatim ya kira-kira?” tanya Sekretaris FLP Jatim di grup, 14 Mei 2022.
“Insya Allah saya bisa hadir. Sudah janji insya Allah akan hadir Muscab.” Bagi saya, janji adalah janji. Sesulit apa pun, kita harus berusaha menepati.
Dari situlah, acara FLP Tuban yang semula adalah halalbihalal dan Turba berubah menjadi Muscab. Dan demikianlah takdir Allah bekerja. Tanpa kita bisa mengubahnya.
Menikmati Takdir, Mensyukurinya
Qadarullah, Jumat malam menjelang Muscab FLP Tuban saya ada halalbihalal di Driyorejo. Pulang larut malam. Sampai di rumah tengah malam.
Biasanya saya nyetir sendiri. Namun, kali ini saya khawatir mengantuk. Bisa bahaya. Malam itu juga saya sampaikan di grup dengan mention ke Wakil Ketua FLP Jatim Mas Chairi. Besok naik bus saja.
Di lajur kiri Terminal Bus Bunder, terpampang jelas tulisan “Tuban-Semarang.” Saat kondektur melambaikan tangan dari jauh, saya katakan, “Tuban.”
Masuklah kami ke bus, menempati kursi paling depan tepat di belakang sopir.
“Karcis baru, karcis baru.”
“Tuban.”
“Bus ini jurusan Bojonegoro. Turun Babat saja ya.”
“Lho, tadi kata teman sampean Tuban.”
“Bojonegoro, Mas”
“Ya sudah, turun Babat, dua.” Saya hanya bisa pasrah. Sempat merasa tertipu tapi ya sudahlah. Dinikmati saja. Disyukuri. Marah juga tidak mengubah keadaan, hanya membuat hati tidak nyaman.
Apa yang semalam saya khawatirkan benar-benar terjadi. Ngantuk berat. Hingga kemudian dibangunkan Mas Chairi.
“Sudah sampai Babat.”
Ketika membuka mata, saya sedikit terkejut. “Lho, seharusnya kita turun di Jembatan.”
“Saya kira di pasar.”
Wah, ini salah saya, tidak bilang kalau mestinya turun di jembatan. Ya sudah, nikmati saja.
“Tenang, di sini juga ada bus jurusan Tuban, dari Jombang.”
Belasan menit menunggu, tidak satu pun bus dari Jombang yang datang. Akhirnya kami naik bentor ke jembatan. Alhamdulillah akhirnya dapat bus dan sampai di Tuban. Turun di depan Kantor Kemenag, kami kemudian dijemput Mbak Hiday dan suaminya. Langsung menuju Sanggar Caraka.
Takdir Tak Terelakkan 2
Acara Muscab berlangsung khidmat. Pembukaan diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya lalu mars FLP, sambutan Ketua FLP Tuban dilanjutkan sambutan Ketua FLP Jatim.
Dalam sambutan, saya mengajak anggota FLP untuk memaknai kembali peran dalam dakwah pena ini. Bahwa di FLP, visi kita adalah mencerahkan melalui literasi. Dan ini adalah dakwah, perjuangan, yang hasilnya akan kita tuai di akhirat nanti. Kalau pun saat ini kita bahagia dengan menulis, bahkan kemudian dikenal dan menghasilkan, itu hanya bonus yang seharusnya tidak menjadi tujuan utama.
Tak lupa, saya menyampaikan terima kasih kepada Mbak Tyzha sebagai Ketua FLP Tuban periode 2020-2022 serta meminta maaf atas kesalahan dan kekhilafan sebagai Ketua Wilayah.
“Dan siapa pun yang nanti terpilih menjadi Ketua Cabang periode 2022-2024, semoga Allah menguatkan dan memberkahi dalam mengemban amanah. Selalu ada kesempatan untuk memperbaiki dan lebih memajukan Cabang meskipun di periode sebelumnya sudah banyak capaian-capaian yang menggembirakan.”
Usai pembukaan, sidang LPJ berjalan lancar. Sesi mengharukan dimulai saat pembawa acara meminta seluruh peserta mendoakan dan mengirimkan Al-Fatihah untuk almarhumah Mbak Farikha, anggota Divisi Karya yang wafat di usia muda pada 29 Maret 2022.
Sidang pemilihan ketua tak kalah mengharukan. Dari empat calon yang hadir, semuanya mengundurkan diri. Mbak Tyzha yang berkesempatan melanjutkan amanah untuk periode kedua juga mengundurkan diri. Selain memiliki beberapa amanah lain dan suaminya sedang melanjutkan S2, alasan lainnya membuat mata sebagian peserta berkaca-kaca.
Pak Joyo awalnya juga mau mengundurkan diri. Namun karena alasannya tidak kuat, forum tidak menerima. Dan secara musyawarah mufakat, Muscab ke-4 menetapkannya sebagai Ketua FLP Tuban periode 2022-2024.
Setelah ditutup, acara terakhir adalah ramah tamah: makan-makan, ngobrol ringan, penyerahan cendera mata, hingga foto bersama. Yang unik, sambil makan kami disuguhi tari anak Sanggar Caraka.
Saya percaya, amanah tak pernah salah memilih pundak yang memikulnya. Dan seperti apa pun rencana kita, pada akhirnya, rencana Allah-lah yang selalu menjadi kenyataan terbaik untuk kita jalankan. [Muchlisin BK]