Home Ulasan Film “Wedding Agreement The Series”: Belajar Makna Cinta dari Pernak-Pernik Pernikahan

“Wedding Agreement The Series”: Belajar Makna Cinta dari Pernak-Pernik Pernikahan

“Menikah itu nggak mudah. Perlu banyak ilmu buat bisa menjalaninya, biar kehidupan pernikahanmu ga sepelik Tari dan Bian.”

Wedding Agreement The Series adalah serial pengembangan dari film berjudul sama yang tayang pada tahun 2019. Drama seri yang tayang perdana pada Maret 2022 di Disney+ Hotstar ini dibintangi oleh tokoh utama yang sama dengan di film, yaitu Refal Hady dan Indah Permatasari. Serial yang diangkat dari novel best seller berjudul sama ini memiliki durasi sepuluh episode.

Seperti premis di novel dan film, serial ini mengisahkan rumah tangga Tari (diperankan oleh Indah) dan Bian (diperankan Refal) yang penuh lika-liku karena sejak awal menikah atas perjodohan. Bian dijodohkan dengan Tari sesuai perjanjian kedua orang tua mereka saat mereka masih kecil. Ketika orang tua Tari sudah meninggal saat Tari dewasa, ibu Bian bersikeras menjodohkan mereka, meskipun Bian sudah memiliki pacar dan ingin menikahi pacarnya, Sarah (diperankan Susan Sameh).

Akhirnya, Bian terpaksa melakukan pernikahan tersebut karena terjadi sesuatu pada ibunya. Namun, ia berjanji hanya menikah satu tahun dan setelahnya akan bercerai, lalu menikahi Sarah. Ia meminta Sarah menunggunya, sementara itu ia membuat perjanjian pernikahan (wedding agreement) dengan Tari untuk jangka waktu satu tahun pernikahan, agar mereka tidak saling mengurusi urusan masing-masing.

Lalu, apakah mereka akan tetap bercerai? Akankah Bian menikah dengan Sarah jika perceraian terjadi? Bagaimana reaksi keluarga besar Tari dan Bian jika tahu? Tonton selengkapnya langsung di Disney+ Hotstar.

Tari dan Bian

Pemilihan Casting yang Bagus

Menurutku pribadi, pemilihan aktor dan aktris di serial ini sudah sangat tepat dan sesuai dengan karakter masing-masing. Tari dan Bian yang sama-sama berwatak keras kepala, tetapi mudah luluh dan mudah memaafkan, tercermin dari wajah mereka berdua. Mereka juga pandai memainkan mimik wajah ketika harus terlihat cuek, putus asa, marah, ataupun diam-diam bahagia. Minus sedikit untuk Refal, ketika adegan menangis, menurutku masih kurang penghayatan.

Selain itu, peran-peran lain yang muncul di film ini sangat seru dan mendukung proses perkembangan karakter kedua pemeran utama. Contohnya, Sarah, yang pengembangan karakternya bagus banget. Mulai dari awalnya berusaha move on, kemudian gagal karena Bian terus memintanya menunggu. Karakternya benar-benar realistis, dan di ending dia juga menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Karakter Sarah membuktikan bahwa tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri dan cobaan yang Allah kasih adalah untuk menempa diri kita jadi lebih baik lagi.

Peran lainnya yang benar-benar catchy adalah Ami (diperankan Zsazsa Utari). Ia benar-benar cocok jadi cewek hijaber yang pandai main skateboard. Selain skill skateboarding yang bagus, ia juga menjadi peran yang menyegarkan dengan cara bicaranya yang humoris, pola pikirnya yang lebih sederhana daripada tokoh-tokoh lain yang ribet.

Tari dan sahabatnya, Ami

Alur Cerita Bagus, Tapi….

Sebenarnya mulai dari episode satu sampai enam, semuanya baik-baik saja. Aku merasa alurnya smooth. Cara Tari menarik hati Bian, berusaha membuatnya jatuh cinta dengan membuat pasal-pasal baru dalam agreement mereka, semuanya bagus. Mengalir. Namun, ketika sampai episode tujuh hingga sembilan, rasanya menyebalkan melihat mereka bertengkar hanya gara-gara satu orang, yaitu Sarah.

Yang salah siapa? Dua-duanya.

Mungkin ini untuk dijadikan pesan moral pada penonton agar sebagai suami/istri jangan suka nerima curhatan orang yang bukan mahramnya apalagi lawan jenis, dan jangan bohong karena sekali bohong bisa puluhan jilid kebohongan mengintaimu. Tapi ya mbok jangan terlalu diulang-ulang gitu lho. Dua atau tiga kali aja cukup, lha ini sepanjang tiga episode aku cuma bisa geregetan melihat tingkahnya Bian yang … arghhh udahlah tonton sendiri aja. Pasti sebel.

Di episode sembilan dan sepuluh (bagian awal), bukan Bian doang yang bikin geregetan, tapi Tari juga. Ini juga sebagai pesan buat kita para istri atau calon istri, jangan berharap suami ngerti maksud kita kalo kita ga bicara. Ya untung-untungan kalo suaminya peka. Kalo enggak? Jadinya gini nih, kayak Bian dan Tari, malah salah paham terus sampe ber-episode-episode. Satunya hobi bohong karena takut kena marah istri, satunya nggak mau nerima penjelasan suami.

Meski menyebalkan di sebagian episode, aku tidak berhenti menonton sampai ending karena wajahnya Refal ganteng (nggak gitu). Bukan, bukan, tapi karena ceritanya masih seru untuk disimak kelanjutannya, dan karena aku tahu ini bukan sinetron yang salah pahamnya bakal jadi ratusan bahkan ribuan episode.

Bian dan Sarah

Pesan Moralnya Ngena?

Sebenarnya, wedding agreement atau perjanjian pernikahan dalam sebuah bahtera rumah tangga adalah hal yang boleh dibuat. Contohnya, di novel Ayat-Ayat Cinta, Aisyah memberikan syarat pada Fahri bahwa selama menikah ia tidak boleh poligami. Itu adalah janji yang dibuat Fahri. Cuma nggak ditulis aja kayak di film ini. Jadi, sah-sah aja kalo mau bikin perjanjian, asalkan dalam pelaksanaan ya nggak kaku-kaku banget kayak Tari (sumpah kalo liat kalian bakal gemes pada kekakuan tokoh Tari kadang-kadang).

Jadi, seandainya suatu hari si suami/istri melanggar janjinya, harus diketahui dulu alasannya kenapa. Kalo ada yang nggak srek, ya dibicarain, bukannya kabur. Ini juga jeleknya si Tari, kalo lagi ngambek sama suaminya tiba-tiba minggat dari rumah tanpa izin suami (oke, dia bilang suami, tapi suaminya nggak rela gitu ngelepasnya dan nggak mengiyakan). Seharusnya kan bisa pisah kamar dulu kek, terus dilanjutin diskusi. Kalo menghindar kan nggak menyelesaikan masalah.

Namun, ada sih satu pesan moral yang bagus, yaitu kita harus pandai menyembunyikan aib suami/istri. Seperti ketika perjanjian itu dibuat, bahkan sampai disobek, nggak ada dari keluarga Tari dan Bian yang tahu soal hal itu. Meskipun Tari cerita pada sahabatnya yaitu Ami, tetapi Ami tipe yang pandai menjaga rahasia dan pandai menasihati agar Tari berbuat baik pada si suami. Semestinya begitulah persahabatan antara sesama muslim/muslimah yang saling menasihati bila salah satunya berbuat salah.

Ending yang Sempurna!

Setelah dibuat kesal sepanjang tiga episode, alhamdulillah di episode 10 semua kekesalan itu terurai dengan perfect! Benar-benar berakhir sempurna tanpa ada yang menggantung sama sekali. Semua kesalahpahaman sudah diakhiri, dan masing-masing tokoh mendapat resolusi dari setiap masalahnya. Setiap tokoh juga mendapat pelajaran berharga yang membuat mereka jadi pribadi yang lebih baik.

Tentu saja Bian dan Tari sebagai tokoh utama juga mendapatkan jalan hidup terbaik mereka.

Overall, serial ini aku rekomendasikan untuk kalian yang pengen nonton tontonan santai, tapi nambah ilmu (ada beberapa scene kajian sama Ustadzah Oki Setiana Dewi, lho. Keren juga tokoh-tokohnya pas baca Al-Qur’an, Hadis, sama pas berdoa nggak dikasih dubbing kayak sinetron-sinetron gitu). Selain itu, kalian para cewek jomlowati bisa berkhayal punya suami kayak Bian (ga gitu!). Selamat menonton!

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version