Tersenyum, hal sepele yang sering kita abaikan,
Ia bukan saja membuat wajah kita menjadi ceria dan elok dipandang,
Akan tetapi ia adalah kebaikan yang bernilai sodaqoh.
“Assalamualaikum,” sapa seorang Ustadzah di tempatku mengajar saat hendak melakukan absen di kantor.
” Assalamualaikum Ustadzah,” katanya lagi mengagetkanku.
“Oh iya…, Astaghfirullah…, Waalaikumsalam Ustadzah,” jawabku setengah gugup sambil berlalu menuju ruang guru.
“Kenapa pagi-pagi muka sudah ditekuk begitu? Kayak jemuran belum disetrika. kusut,” tiba-tiba beliau sudah hadir di sampingku.
Tanganku berhenti merapikan buku-buku yang berserakan di Meja.
“Oh tidak apa-apa Ustadzah,” kuhela nafasku panjang, sejenak melepas penat setelah bergumul dengan semua aktivitas rumah serta jalanan yang dipenuhi macet kendaraan.
Sepi. Kami terdiam, hanyut dalam pikiran masing-masing.
“Sudah ya…, Yuk, tersenyum! Apapun permsalahan kita, budayakan 5S, senyum, sapa, salam, sopan, santun.”
“Baik Ustadzah..” kuulum senyum pada beliau seraya berjalan melewati lorong kelas yang dipenuhi riuh reda suara anak-anak.
‘Senyum. Aku harus tersenyum!’ kataku pada diriku sendiri sembari menyunggingkan senyuman termanisku. Upz!
“Assalamualaykum ustadzah…” sapa anak-anak kompak, satu persatu memberikan sapaan kepadaku. Menyunggingkan senyum ceria, sesekali diselingi canda dan tawa.
“Waalaykumsalam…” kubalas sapaan mereka, dengan senyum merekah.
‘Ya, aku harus tersenyum 😊 ‘. Sambil membayangkan aku menjadi mereka yang seolah tanpa beban apa-apa.
Aah… Tersenyum, hal sepele yang sering kuabaikan, ternyata begitu bermakna. Senyum yang membuat wajah kita ceria dan elok dipandang. Ia adalah kebaikan yang bernilai sodaqoh. Bahkan Rasulullah sendiri mengingatkan dalam sebuah hadits, yang berbunyi:
Dari Abi Dzar ra, ia berkata : Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Janganlah sekali-kali meremehkan perbuatan baik, walaupun menyambut saudaramu dengan muka ceria” (HR. Bukhari dan Muslim)
‘Ya Allah… Astaghfirullah…’ tiba-tiba aku jadi teringat wajah polos Alya saat menghafalkan hadits tersenyum “tabassumuka liwajhi akhika laka shodaqoh.. laka shodaqoh… (HR. Tirmidzi)”. (senyummu dihadapan saudaramu adalah shodaqoh). Yang membuatku senyum-senyum sendiri kala mengingat mulut kecilnya yang belum terlalu fasih mengucapkan hadits tersebut.
Hayooo sudahkah kita tersenyum hari ini? 😊