Sabtu, 03 Februari 2018, mendung terus bergelayut. Awan tebal mulai menyelimuti Gresik Kota Baru (GKB). Terlihat seorang pemuda datang memarkir motornya di halaman SDIT Al ibrah. Dialah ketua FLP Gresik, Chairi Sulaiman.
Saya (Nur, Humas FLP Jatim) segera naik memanggil pak Rafif Amir Ahnaf ketua FLP Jawa Timur periode 2018-2019. Kebetulan saat itu beliau medapat undangan untuk mengisi pelatihan menulis oleh Yayasan Al Ibrah Gresik.
“kita agendakan sekalian turba ke FLP Gresik” kata beliau waktu itu.
Turba sendiri merupakan singkatan dari turun kebawah yang merupakan salah satu program kerja divisi Jarcab atau jaringan cabang. Tujuannya adalah untuk melihat secara langsung kondisi FLP di tingkat Cabang ataupun Ranting. Sehingga FLP Wilayah Jawa Timur bisa memberikan solusi atau masukan masukan terkait permasalahan permasalahan yang belum terselesaikan.
Hujan mulai reda kami berencana untuk pindah ke kafe Adventure, tapi takdir Allah berkata lain. Kami di pertemukan dengan salah satu mantan ketua FLP Jember, bunda Alma. kami lalu mengobrol panjang lebar, terutama pak Rafif yang pernah menjadi ketua FLP Jember setelah kepemimpinan bunda Alma.
Belum lama obrolan kami berselang, kami dipertemukan kembali dengan salah satu pendiri FLP Gresik, bunda Betty Nur Baiti. Perbincangan kami berlanjut, menguak tentang kilas balik FLP Gresik dan FLP wilayah pada masa lampau. Dari sini kami (terutama saya dan Chairi) banyak sekali mendapatkan cerita tentang sejarah dan perjuangan para pendahulu kami di Gresik.
Jam hampir menunjukkan pukul 14.00, berhubung bunda Alma dan Bunda Betty ada amanah lain, pak Rafif, Chairi dan saya bertolak menunuju kafe Adventure yang terletak di jalan Kalimantan GKB. Kebetulan saat itu bunda Retno Fitriyanti bendahara FLP Wilayah Jatim mengabari telah sampai di GKB.
Sesampai di sana kami segera memesan makanan dan minuman dan melanjutkan obrolan. Ada banyak hal yang kita bahas dalam agenda Turba kali ini. Dari mulai permsalahan permasalahan FLP Cabang Gresik hingga sosialisasi program kerja FLP Wilayah.
Pukul 14.30 seorang sekretaris FLP Gresik mbk Wahyu Widayati datang dengan seorang anaknya yang masih bayi, Anin. Obrolan kami lanjutkan hingga tak terasa adzan ashar berkumandang. Lucunya saat hendak memasuki kamar mandi kami sempat terkecoh dengan pintu yang sengaja ditutup dengan kaca.
“saya pikir ini kaca biasa” Kata pak Rafif sambil mencoba membuka pintu kamar mandi, kami lalu tertawa bareng. Ya desain kafe unik memang.
Setelah menunaikan sholat ashar kami masih melanjutkan perbincangan kami sembari menunggu hujan reda. Beberapa saat kemudian setelah hujan mulai reda mbak Ayu sapaan akrab mbak Wahyu pamit undur diri.
Hujan kembali turun dan kami dibuat menunggu. Tapi kami tetap asyik melanjutkan perbincangan kami. Hingga tak terasa jam menunjukkan pukul 17.10 dan hujan sudah reda. Kami lalu bertolak menuju rumah masing masing.
Demikianlah agenda turba kedua sekaligus sosialisasi proker pertama setelah Musykerwil satu minggu yang lalu. Semoga setelah ini FLP Gresik semakin maju dan berkembang, serta semakin memberikan manfaat dalam memajukan gerakan literasi di kota pudak tercinta.