Abu Bakar (Bagian 4): Jiwa Mujahid dan Keberkahannya

54
abu bakar
ilustrasi (kalam.sindonews.com)

Masih ingat dengan betapa teguhnya Abu Bakar memegang pendapat bahwa orang yang menolak berzakat harus diperangi? Ya, kita dengar kesaksian Umar mengenai hal tersebut.

“Demi Allah, menurutku dia tidak sedemikian tegasnya melainkan Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk berperang, maka aku tahu bahwa itulah yang benar.”

Umar pun mengakui bahwa Abu Bakar memiliki keutamaan, termasuk firasatnya yang kuat dan digunakan dalam mengambil ijtihad. Ternyata benar, orang-orang yang menolak zakat itu merambah menjadi golongan murtad.

Namun, kekuatan ilmu dan ijtihadnya tidak hanya sampai di situ. Abu Bakar juga memiliki jiwa mujahid. Setelah ia membagikan 11 bendera untuk setiap pasukan agar berjalan ke pos-pos yang ditentukan, ia sendiri akan keluar untuk mengomandoi satu pasukan, seandainya Ali tidak menahannya.

Ali bin Abi Thalib memaksa Abu Bakar untuk kembali pulang dengan mengatakan, “Sarungkan saja pedangmu dan kemasi perbekalanmu. Demi Allah, jika sampai pasukan kaum muslimin bersamamu tertimpa bencana, maka eksistensi mereka akan lenyap sepeninggalmu.”

Perang melawan gerakan riddah (murtad) ini meletus kali pertama ketika pasukan Usamah bin Zaid belum pulang dari medan perang, sehingga kondisi Madinah tidak memiliki banyak pasukan dan penjagaan kurang ketat. Kaum pemberontak tadinya sudah mampu menyerang hingga unta-unta kaum muslimin berlarian. Namun, setelah itu mereka lalai dan mengira kaum muslimin sudah menyerah. Padahal, Abu Bakar terus menyemangati kaum muslimin untuk menyerang, pantang mundur, sehingga akhirnya pasukan kaum murtad terpukul mundur dari Madinah.

Perang berlanjut setelah pasukan Usamah kembali dengan membawa berita kemenangan. Setelah dua pekan beristirahat, pasukan Usamah ikut membantu untuk memerangi gerakan riddah.

Perlu diketahui bahwa Abu Bakar juga telah berkirim surat dengan orang-orang murtad tersebut untuk mengajak mereka kembali pada Islam dan menjelaskan kesalahan mereka. Sebagian menanggapi dengan baik, dan sebagian tidak mau. Maka Abu Bakar mengirimkan pasukannya untuk para pembangkang.

Penaklukan di Masa Khalifah Abu Bakar

Selain perang melawan pemberontakan internal, kepemimpinan Abu Bakar juga diwarnai dengan penaklukan-penaklukan. Seperti kita tahu, di masa itu ada dua kekuatan peradaban yang saling sikut dan berebut wilayah, yaitu Romawi dan Persia.

Masalah muncul ketika dua imperium besar tersebut tidak mau mengikuti ajaran Islam, dan justru menghina Rasulullah, bahkan turut membantu gerakan pemberontakan kaum murtad.

Contohnya ketika Kisra Persia mendapat surat dari Rasulullah, ia merespons dengan sombong dan merobek-robek surat itu.

Sementara penguasa Romawi mengolok-olok dakwah Nabi dan berusaha memblokir orang-orang yang menjadi perantara dakwah.

Maka peperangan yang terjadi bukanlah karena umat muslimin haus darah dan kekuasaan, tetapi karena dakwah tidak bisa menyebar disebabkan sikap-sikap mereka.

Dimulai pada tahun 12 Hijriyah, Abu Bakar mengirimkan pasukan ke Persia yang dikomandoi oleh Al-Mutsanna bin Haritsah Asy-Syaibani, kemudian dibantu oleh pasukan Khalid bin Al-Walid.

Nama Khalid bin Al-Walid bersinar pada perang-perang melawan Persia ini. Diawali dengan perang Dzatus Salasil, di wilayah Al-Faris. Kemudian meluas ke perang di daerah Al-Madzar, lalu ke sebelah utaranya di wilayah Al-Waljah, berlanjut ke pertempuran Ullais, kemudian ke Al-Hirat, Al-Anbar, Ain an-Namr, dan Al-Faraidh.

Daerah-daerah di Irak ini berhasil dibebaskan oleh Khalid bin Al-Walid pada masa Abu Bakar, meskipun akhirnya sempat terlepas dari Islam karena Khalid dipanggil ke Syam untuk membantu memerangi tentara Romawi. Namun, kelak wilayah-wilayah tersebut akan kembali ke pangkuan Islam di masa khalifah-khalifah berikutnya.

Pada Jumadil Akhir tahun 12 H, perang Yarmuk terjadi. Jumlah pasukan muslimin hanya 27.000, melawan tentara Romawi sebanyak 240.000 orang.

Jiwa mujahid Abu Bakar lagi-lagi mengobarkan kekuatan di hati para panglima sekalipun jumlah mereka sedikit. Dalam suratnya, Abu Bakar menuliskan, “Sesungguhnya pasukan seperti kalian jangan dilihat jumlahnya yang sedikit. Tetapi mereka berpotensi bisa melakukan apa yang sepuluh ribu pasukan yang suka berdosa lakukan. Karena itu jagalah kalian daripadanya. Berkumpullah di Yarmuk dan saling mendukung. Masing-masing kalian harus membawa pasukannya.”

Dalam perang tersebut, lagi-lagi andil Khalid bin Al-Walid sangat besar sehingga pasukan Romawi bisa terkepung, bahkan 100.000 orang tewas. Berkebalikan dengan kaum muslimin, hanya 3000 orang yang terbunuh. Ini menyebabkan kaum Romawi merasa gentar dengan kekuatan juang kaum muslimin.

Ketegaran kaum muslimin serta persatuannya tidak lepas dari peran keberkahan pemimpinnya. Kita sudah jamak tahu bahwa Abu Bakar senantiasa merindukan jihad hingga seluruh harta, jiwa, dan raganya ia persembahkan untuk jihad fi sabilillah.

Abu Bakar-lah orang yang menemani Rasul dalam perjalanan hijrah ke Madinah, suatu perjalanan riskan dengan pengintaian ketat dari kaum Quraisy yang ingin membunuh Nabi saw. Ia menyertai Rasulullah pula dalam semua perang yang dilakoninya, menjadi pendamping setia ketika Rasulullah tak henti berdoa untuk kemenangan umatnya di perang Badar, bertahan di sisi Rasul saat yang lain kabur kocar-kacir di perang Uhud, bahkan menghibahkan semua hartanya dalam perang Tabuk hingga hanya menyisakan Allah dan Rasul-Nya bagi keluarganya.

Semangat jihad ini tidaklah memadam karena jabatan, justru semakin membara. Mungkin ia bukan yang paling ahli dalam merancang strategi perang, tapi ia menunjuk panglima-panglima terbaik untuk memimpin perang, seperti Usamah bin Zaid, Yazid bin Abi Sufyan, dan yang paling terkenal dengan keberhasilannya, Khalid bin Al-Walid sang pedang Allah.

Dengan peran pemimpin yang bertekad baja dan berniat lurus demi kejayaan Islam dan kaum muslimin inilah, Allah menurunkan keberkahan dalam kemenangan demi kemenangan. Semoga Allah merahmati Abu Bakar, dan mempertemukan kita dengannya di surga kelak.

Wallahu a’lam bis shawab.

Referensi:

38 Shahabat yang Dijamin Masuk Surga, karya Syaikh Shalahuddin Mahmud As-Said dan Dr. Muhammad Al-Ghamidi.

Konten sebelumnyaAbu Bakar (Bagian 3): Ash-Shiddiq, Karakter Kepemimpinannya
Konten berikutnyaAbu Bakar (Bagian 5): Perhatian Tanpa Tapi Demi Umat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini