Tersisa Dua Orang Pengurus
Forum dibuka setelah 5 orang anggota berkumpul ditambah saya sebagai perwakilan dari FLP wilayah, jadi genap semuanya berjumlah 6 orang. Tampak Ghufron bertindak sebagai MC membuka acara siang menjelang sore itu dengan mempersilakan Rizal sebagai salah satu pengurus dari dua pengurus yang tersisa untuk menyampaikan laporan pertanggunggjawabannya sebagai koordiator divisi kaderisasi.
Ada beberapa catatan yang sempat saya ambil dari laporan yang disampaikan olah Rizal, di antaranya:
1. Dari 18 anggota FLP Jember yang tercatat, Rizal memberikan penjelasan dengan rincian 13 anggota madya (sudah berNRA) dan 5 anggota muda. Dan dari 18 orang yang tercatat sebagai anggota itu, hanya 10 orang yang bisa dikatakan aktif. Yang menarik, saat salah satu anggota bertanya tentang jenjang keanggotaan sementara Rizal sebagai kaderisasi belum bisa menjelaskan.
2. Catatan penjenjangan anggota ini, baru terjawab setelah saya minta untuk membuka kembali ad/art terkait definisi jenjang keanggotaan dari muda, madya hingga andal.
3. Belum terkawalnya pilar keislaman yang sebenarnya menjadi fokus divisi kaderisasi dengan alasan menghilangnya tim dan sulitnya mengumpulkan anggota saat agenda kegiatan pembinaan keislaman.
Dari ketiga catatan ini, menghasilkan beberapa rekomendasi, di antaranya:
1. Meninjau ulang data anggota dan jenjang keanggotaan dengan berkomunikasi dengan kaderisasi wilayah (tim divisi kaderisasi wilayah segera sosialisasi bab penjenjangan keanggotaan ini beserta alur kaderisasi dan indikator tiap jenjang anggota).
2. Untuk mengawal pilar keorganisasian, diharapkan jarcab menghimbau para ketua cabang untuk rajin membuka kembali ad/art FLP.
3. Kegiatan pembinaan keislaman bisa diformula dengan di-include-kan saat kegiatan diskusi karya jika memang tidak memungkinkan diadakan secara terpisah.
LPJ Ketua
Setelah laporan pertanggungjawaban dari divisi kaderisasi, berlanjut ke laporan pertanggungjawaban ketua FLP cabang Jember, Ilham Sadli yang memulai kepengurusannya saat harus menggantikan ketua sebelumnya yang lengser sebelum masa baktinya selesai di bulan November 2017 karena menikah.
Meski SK ketuanya baru turun per bulan Februari 2018 dua tahun silam. Di bawah kepemimpinan Ilham Sadli, seorang mahasiswa jurusan teknik elektro Universitas Jember ini, FLP Jember sengaja fokus untuk menyolidkan internal karena warisan kepengurusan terdahulu. Sadli menganggap kesolidan internal ini penting dibanding FLP harus disibukkan dengan kegiatan-kegiatan ‘show of force’ hingga beberapa program yang ada lebih bersifat ke dalam, meski ada satu program kerja sama sharing seputar literasi dengan RRI Pro 2 Jember yang berjalan hanya enam bulan karena pergantian pimpinan yang akhirnya program ini harus rela digeser dengan program yang lebih menjual dan diminati pasar.
Sadli juga mengaku harus merangkap menjadi sekretaris dan bendahara sekaligus pasca pos-pos pengurus inti ini ditinggal menghilang oleh orang-orang yang mengisi.
Dari beberapa temuan catatan tersebut (selengkapnya ada di LPJ yang akan segera diemailkan ke wilayah sebagai arsip dan dokumentasi tertulis), ada beberapa hal yang membuat LPJ ini diterima dengan syarat, yakni beberapa rekomendasi yang harus dicatat dan dijalankan di kepengurusan yang akan datang. Diantaranya sbb:
1. Fokus di internal boleh saja, terutama dalam rangka untuk menyolidkan tim sebagai penopang dari stabilnya organisasi ke depan, tetapi harus ada target batas waktu dan ini butuh menejemen waktu yang harus disepakati dalam tim, sudah saatnya FLP Jember menampakkan diri dari persembunyiaannya yang masih terkesan ekslusif dan bergerak underground.
2. Ketua terpilih nanti harus mulai membuat analisis SWOT terkait minat literasi masyarakat Jember dan ini nanti bisa dijadikan program untuk ditawarkan dan bekerja sama dengan instansi/lembaga terkait yang mestinya Jember lebih biasa ‘show up’ dengan potensi kampus dan mahasiswa yang dimiliki.
Pemilihan Calon Ketua dan Sejarah Baru FLP Jember
Setelah LPJ selesai dilaksanakan, agenda berlanjut ke diskusi pemilihan ketua cabang. Forum menyepakati Rizal sebagai calon ketua. Kesuksesannya menjadi ketua pelaksana tuan rumah Up Grading FLP Jatim di tahun 2018 silam menjadi poin unggul dalam ‘track record’-nya selama membersamai FLP hingga detik ini. Pemilik nama lengkap Muhammad Rizal Rachman ini ketika dimintai kesediaan untuk menjadi ketua FLP Jember sempat menolak dengan alasan jarak rumah yang jauh dari kota akan mempengaruhi mobilitasnya sebagai seorang ketua.
“Justru di situlah letak perjuangannya, bukankah semakin jauh jarak itu semakin terasa perjuangan dan pengorbanannya?,” saya berusaha meyakinkan pemuda yang masih berstatus sebagai mahasiswa S2, Fakultas Hukum, UNEJ ini.
Dan, alhamdulillah forum mengaminkan dan makin mantap untuk mensupport Rizal menjadi ‘the next leader’ di FLP Jember. Hanya saja, musyawarah pemilihan ketua yang diiringi “back sound” alami dari derasnya hujan yang turun di sore itu, ada hal menarik untuk diceritakan.
Pertama, muculnya nama Ghufron sebagai salah satu nama yang di vote menjadi kandidat calon ketua oleh satu-satunya anggota putri yang hadir saat itu, yakni Dek Afrah (yg ini bukan Mbak afra ketua BPP lho ya!). “Selamat ya Ghufron, ternyata kamu ada yang vote!”, canda saya kepadanya yang membuat forum jadi geeer seketika.
Kedua, menorehkan sejarah baru bahwa kali ini ketua demisioner lengser sebelum menanggalkan status jomblonya. Yang menyalahi tradisi dari ketua demisioner sebelum-sebelumnya.
Memimpin adalah Menderita
“Jalan pemimpin adalah bukan jalan yang mudah. Memimpin adalah menderita” (KH. Agus Salim)
Di sesi akhir setelah terpilihnya Rizal menjadi ketua FLP Jember, Rizal yang dalam sambutannya kemudian menyatakan siap melanjutkan estafet perjuangan FLP Jember 2 tahun ke depan. Ada rasa syukur yang menyeruak dalam dada saya saat sesi ini, dan entah kenapa di benak saya tetiba yang saya ingat adalah kalimat dari seorang pahlawan nasional sekaligus da’i di zamannya yang tak asing lagi namanya di telinga kita. Ya, kalimat dari KH. Agus Salim di atas menjadi motivasi tersendiri bagi saya untuk kemudian qadarullah berkesempatan saya ulas di akhir sesi sebelum penutup yang kemudian saya rangkum dalam 3 hal pesan saya kepada ketua terpilih:
1. Memimpin itu menderita, artinya pemimpin harus menjadi orang terdepan dalam hal pengorbanan, baik jiwa, raga, maupun harta.
2. Menjadi pemimpin itu harus bertumbuh bersama, tugas pemimpin adalah selain mampu mengenali potensi anggotanya, juga mampu menempatkan sesuai potensi anggota tersebut sampai potensi para anggotanya terlejitkan dengan optimal.
3. Menjadi pemimpin itu harus merangkul jiwa dan mendekap tiap hati penuh cinta. Tidak fokus pada masalah, ttp pada solusi yang ditawarakan dengan mengutamakan asas2 ukhuwah.
Wallahu a’lam bishowab…
Penulis: Bunda Novi_Ketua FLP Jatim.