Beberapa hari terakhir saya galau. Rakerda sebuah organisasi yang saya menjadi BPH di dalamnya ditunda. Dari yang semula tanggal 19 Maret menjadi 20 Maret. Padahal, 20 Maret adalah tanggal Musyawarah Cabang FLP Sidoarjo.
Bagi saya, FLP Sidoarjo adalah Cabang yang sangat istimewa. Pengurus FLP Jawa Timur paling banyak dari FLP Sidoarjo. Dua dari lima Koordinator Divisi FLP Jawa Timur berasal dari FLP Sidoarjo. FLP Sidoarjo juga merupakan cabang terpuji nasional.
Di sisi lain, sangat tidak elok jika sebagai BPH saya tidak hadir Rakerda yang hanya setahun sekali dan merumuskan program-program strategis. Apalagi rencananya akan dihadiri oleh Bupati.
Memang tidak mudah aktif menjadi pengurus di beberapa organisasi sekaligus. Mungkin sama sulitnya seperti seorang laki-laki yang memiliki lebih dari satu istri. Meskipun saya termasuk orang yang tidak mempermasalahkan jika pengurus FLP juga menjadi pengurus di organisasi lain asalkan bisa amanah, nyatanya tidak semudah membalik telapak tangan. Terutama jika dihadapkan pada multitugas yang waktunya bersamaan.
Kegalauan saya bertambah ketika Koordinator Divisi Karya Badan Pengurus Pusat (BPP) FLP Mbak Ika Savitri menghubungi. Ternyata jadwal saya mengisi parade 25 penulis jatuh pada 20 Maret. Seri keempat, dengan tema besar Digitalisasi Karya.
Sebelumnya saya sudah berjanji bersedia mengisi parade dalam rangka memeriahkan Milad ke-25 FLP ini. Namun, saya tidak menyangka kalau waktunya bersamaan dengan Muscab FLP Sidoarjo.
Bagaimana saya bisa membagi waktu memenuhi tiga agenda ini? Rakerda pukul 08.00-17.00 WIB di sebuah hotel di Gresik. Muscab FLP Sidoarjo pukul 08.00-12.00 WIB di Oshilova Sidoarjo. Parade 25 Penulis pukul 09.30-12.00 WIB daring via Zoom.
Rasanya mustahil bisa mengikuti ketiganya sekaligus. Karenanya, saya minta maaf kepada Ketua FLP Sidoarjo Bu Novi Larasati jika tidak bisa hadir. Alhamdulillah beliau memahami kendala saya. Alhamdulillah juga ada yang akan mewakili membuka dan mendampingi Muscab; Mbak Siti Maulina, Koordinator Divisi Jaringan Cabang (Kordiv Jarcab).
Karena daring, insya Allah Parade 25 Penulis saya bisa. Tinggal minta izin ke ruang sebelah dan nge-Zoom di sana. Alhamdulillah yang ini kemudian berjalan sesuai rencana.
Di tengah-tengah pembukaan Rakerda, sebelum Parade 25 Penulis dimulai, saya minta doa kepada seseorang yang tengah safar. Bagaimana pun, saya masih berharap bisa menghadiri Muscab FLP Sidoarjo meskipun sebentar. Sekadar datang menyapa. Dan saya yakin, Allah tidak akan menolak doa musafir.
“Semoga Allah mampukan,” demikian bagian dari doanya.
Tak lama kemudian, panitia menyampaikan jika Bupati tidak jadi datang. Digantikan oleh asistennya. Artinya, saya lebih longgar, tidak harus menemani makan siang. Dan itu artinya, ada kesempatan ke Sidoarjo.
Segera setelah pembukaan Rakerda selesai sekitar pukul 11.00 WIB, saya meluncur ke Sidoarjo. Sampai di sana, tepat saat pimpinan Sidang Babe Rafif membacakan keputusan rekomendasi Muscab. Setelahnya, pembawa acara mempersilakan saya untuk menyampaikan sambutan penutupan.
“Di bawah kepemimpinan Bu Novi, FLP Sidoarjo telah meraih penghargaan Cabang terpuji se-Indonesia. Ini prestasi ‘tertinggi’ di FLP. Namun, saya yakin tetap terbuka peluang untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan. Misalnya, dulu belum ada Rumah Cahaya. Nanti di bawah kepemimpinan Mbak Tyas, FLP Sidoarjo memiliki Rumah Cahaya,” demikian sebagian sambutan yang saya ingat.
Meskipun sempat berpacu dengan waktu hingga perlu menepi di jalan tol untuk menjawab pertanyaan peserta Parade 25 Penulis, siang itu saya sangat bahagia bisa hadir di tengah-tengah Muscab dengan peserta terbanyak se-Jawa Timur, bahkan mungkin se-Indonesia. Lebih membahagiakan lagi, peserta sebanyak itu bisa mufakat memilih Mbak Tyas sebagai ketua.
Baca juga: Voting Tidak Salah, Musyawarah Mufakat Lebih Indah
Ketika pulang kembali menuju hotel, saya baru ingat kalau saldo kartu tol menipis. Angka 12.500 tertera saat memasuki gerbang tol Waru. Sewaktu berangkat tidak sempat top up karena buru-buru. Alhamdulillah, di gerbang tol Tandes saldo tetap 12.500. Saya baru ingat kalau tol Waru bayarnya di depan. Keluar tol Romokalisari masih ada saldo tiga ribu.
Saya semakin percaya, bahwa tugas kita adalah menyempurnakan ikhtiar dan berdoa. Dan Allah akan menentukan sebaik-baik hasilnya.
Dimulai dari kesungguhan niat, kita bertekad menyelesaikan amanah, bukan melalaikannya. Kita berupaya dengan segala daya diiringi doa. Ketika berhadapan dengan kendala, pasrahkan hati dan kuatkan doa. Minta kemudahan dari-Nya. Jika perlu, minta doa orang-orang terdekat. Lalu perhatikan, bagaimana Dia akan menghadirkan keajaiban di ujung ikhtiar dan doa. []
Salam literasi,
Saudaramu yang sangat membutuhkan doa,
Muchlisin B.K.