Bagaimana Saya Mendapatkan Banyak Buku

98
cara mendapatkan banyak buku

Pada Hari Buku Nasional ini, saya ingin berbagi kiat mendapatkan buku. Sebab, ada beberapa teman yang ketika bertamu, mereka menanyakan bagaimana saya memiliki banyak buku.

Sebenarnya buku saya tidak banyak kalau dibandingkan dengan mereka yang benar-benar pencinta atau kolektor buku. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata orang, mungkin cukup banyak. Selain ada tiga deret perpustakaan di lantai satu, pada setiap ruang di lantai dua juga ada perpustakaan kecil atau tepatnya sudut baca. Yang tampak di foto ini adalah deret terbesar di lantai satu.

Sedikit demi sedikit

“Dulu belinya langsung banyak?” Nah, ini pertanyaan yang paling sering terlontar. Saya jawab terus terang, tidak. Sejak mahasiswa, saya suka menyisihkan uang saku untuk beli buku. Jika teman-teman suka ngemil atau beli jajan, saya hampir tak pernah. Jadi saya bisa menabung untuk beli buku. Sebenarnya sejak sekolah, sih. Namun, hampir semua bukunya tidak terawat. Yang sampai sekarang awet ya mulainya saat kuliah.

Ketika masih ada Pustaka Progresif di Gresik, saya pernah ditawari untuk bawa paket buku dulu. “Bayarnya belakangan, diangsur,” kata pemilik toko saat saya beli Fathul Bari satu demi satu. Jumlahnya ada 36 jilid. Butuh tiga tahun kan kalau satu bulan cuma beli satu. Namun, saya menolak dengan halus tawaran baik itu. Lebih baik sabar satu per satu daripada malah hutang.

Mahar paling awet

Kecintaan pada buku menginspirasi saya untuk memberikan mahar berupa buku. Selain sebuah cincin emas, saya memberikan mahar Tafsir Ibnu Katsir sepuluh jilid pertama.

Saya menikah muda, ketika masih mahasiswa. Sepuluh jilid Tafsir Ibnu Katsir tersebut merupakan buku terbanyak yang saya beli saat itu. Yang akhirnya menjadi cikal bakal perpustakaan keluarga. Awet hingga sekarang. Terjaga.

Sedangkan cincinnya, sudah terjual saat kami benar-benar butuh uang pada tahun-tahun pertama pernikahan. Istri dengan rela hati menjual cincin itu demi kebutuhan keluarga. Ketika saya mendapatkan rezeki untuk membelikan sebuah cincin baru sebagai gantinya, beberapa bulan kemudian ia infakkan saat ada acara solidaritas untuk Palestina.

Beli saat diskon besar-besaran

Tahun-tahun terakhir ini saya jarang beli buku kecuali jika ada diskon besar-besaran. Misalnya saat pameran, bazar, atau promo. Ada penerbit yang memberikan diskon hingga 70% saat harlahnya pada awal bulan ini.

“Kok beli buku banyak?” Tanya istri saat paketnya datang. Cukup besar.
“Tenang, itu harganya murah, kok. Diskon 70 persen.”

Namun, ada pengecualian. Buku-buku baru yang saya butuhkan untuk bahan menulis, meskipun belum ada diskon besar. Misalnya untuk menulis resensi di flpjatim.id ini. Antara lain, buku Rasa Tere Liye.

Terkadang saya juga membeli buku bekas. Namun, jumlahnya tidak banyak. Biasanya saat buku itu memang saya butuhkan. Yang saya ingat, saya pernah membeli buku Cashflow Quadrant di Cahaya Pustaka-nya Babe Rafif. Bukunya masih bagus, harganya sangat murah dibandingkan buku barunya. Pernah beli novel Hujan Tere Liye di Mas Teguh FLP Surabaya. Pernah juga beli satu paket Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad di Kampung Ilmu Surabaya.

Hadiah

Yang perlu dicatat, tidak semua buku saya beli. Ada banyak buku yang merupakan hadiah. Baik hadiah dari penerbit karena saya menulis resensi buku-buku mereka, hadiah dari teman, maupun souvenir acara. Terkadang saat mengisi acara di suatu tempat, panitia memberikan oleh-oleh buku.

Mengapa perlu punya banyak buku?

Nah, saya lanjutkan sedikit tentang manfaat punya banyak buku. Pertama, jadi booster. Begitu melihat buku, ada semangat tersendiri bagi saya. Apalagi kalau sudah membaca.

Kedua, buku-buku di depan mata kita merupakan alat bantu untuk membangun kebiasaan membaca. Menurut James Clear, agar kita bisa membangun kebiasaan baik, langkahnya ada empat:

  • Jadikan kebiasaan itu terlihat
  • Jadikan kebiasaan itu menarik
  • Jadikan kebiasaan itu mudah dilakukan
  • Jadikan kebiasaan itu memuaskan

Pada kebiasaan membaca, menaruh buku di berbagai tempat yang mudah terlihat merupakan langkah pertama. Karenanya hampir seluruh ruangan di rumah saya ada bukunya. Termasuk kaamr tidur dan ruang keluarga. Kecuali kamar mandi. Menyediakan buku di banyak tempat yang mudah kita jangkau juga membuat kebiasaan membaca lebih mudah dilakukan.

Ketiga, ketika kita sudah membaca, kita akan mendapat banyak manfaat. Mulai ilmu baru yang perlu kita amalkan, hingga berbagai ide dan inspirasi. Dari buku yang kita baca, kita punya ide dan inspirasi untuk menulis. Tulisan yang menghasilkan, sebagian uangnya bisa kita gunakan untuk membeli buku. Demikian siklusnya. [Muchlisin BK/Flpjatim.id]

Konten sebelumnyaKisah Pahit Getir Perjuangan Membangun FLP, Ketua Cabang Pamekasan Pertama: Generasi Mendatang Harus Tetap Semangat Jihad Bil Qalam
Konten berikutnyaTanah Para Bandit: Novel Tere Liye Paling Berani

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini