Stasiun Kediri menyambut kami dengan nuansa mendung melengkapi suasana syahdu siang itu. Aku ditemani bidadari hidupku menuju alun-alun Kota Kediri. “Mas jalan ke depan ya. Kami tidak bisa menjemput penumpang di dalam stasiun.”, terang bapak sopir online yang akan menjemput kami. Ya, sore itu akan dilaksanakan musyawarah cabang FLP Kediri di kawasan alun-alun kota Kediri dan aku menjadi delegasi dari FLP Wilayah Jawa Timur. Waktu pelaksanaan di akhir pekan memungkinkanku untuk membawa serta bidadari hidupku, istri tercinta.
Tepat sesampainya di alun-alun Kota Kediri, kami disambut dengan rintik hujan yang cukup deras hingga kami memutuskan untuk berteduh sekaligus menunaikan sholat di Masjid Agung Kota Kediri. Jika tetap hujan seperti ini, tampaknya musyawarah pasti akan dilaksanakan di sini, gumamku lirih sembari menatap ke arah istri yang duduk di selasar serambi masjid. Benar kiranya sekitar pukul 14.30 ada kabar dari ketua FLP Kediri, bahwa tempat dipindahkan ke Masjid Agung Kota Kediri.
Sembari menunggu peserta yang belum genap, kami pun membicarakan perjalanan FLP Kediri pasca diaktifkan kembali sekitar tahun 2016. Tak banyak perkembangan signifikan, tapi ada perbaikan yang menjadikannya satu harapan tersendiri untuk FLP Kediri tetap bangkit. Ini mengingatkanku pada sejarah awal pendirian Forum Lingkar Pena yang “hanya” digagas oleh tiga orang yang juga berawal dari masjid. Bisa jadi begitu juga yang akan terjadi di Kediri, insya Allah.
Musyawarah cabang pun akhirnya dimulai setelah melaksanakan sholat asar. Dihadiri anggota FLP Kediri, musyawarah pemilihan ketua selanjutnya pun dimulai dengan pemaparan pertanggungjawaban oleh ketua sebelumnya. Sidang musyawarah cabang pun dimulai cukup sederhana dengan segala dinamika kepengurusan FLP Cabang Kediri yang pasti tidak sedikit, hingga paparan pertanggungjawaban pengurus diterima dengan catatan untuk membuatnya mewujud dalam bentuk tulisan agar dapat dijadikan saksi sejarah untuk kepengurusan selanjutnya.
Pemilihan calon ketua pun berlangsung cukup panas mengingat ada anggota FLP Kediri yang berasal dari Jombang, sehingga menyisakan dua orang untuk diajukan menjadi kandidat ketua selanjutnya. Dua nama itu adalah Feny dan Aziz. Aziz selaku ketua sebelumnya ternyata masih berpeluang untuk dipilih kembali.
Setelah melalui diskusi panjang dalam musyawarah dan opsi mengembalikan keputusan kepada dua kandidat calon ketua, akhirnya penetapan ketua selanjutnya terpaksa diambil dengan suara terbanyak lantaran mengalami kebuntuan pada proses musyawarah. Semua peserta yang hadir dalam musyawarah cabang pun menjadi saksi bahwa Aziz, sang ketua sebelumnya, kembali dipilih menjadi ketua FLP Kediri periode 2019 – 2021.
Senja makin pekat dan prosesi serah terima jabatan pun dilakukan dengan segala kesederhanaannya. Sederhana bukan berarti tak berharga, melainkan bentuk kesyukuran atas kesadaran diri bahwa amanah ini ada untuk dilaksanakan dengan kesungguhan tekat di hati dan dukungan dari semua anggota. Dengan menyebut nama Allah, Aziz kembali terpilih menjadi ketua FLP Kediri dan harapan kembali tertambatkan untuk FLP Kediri yang lebih baik serta segala peluang kebaikan yang menyertainya.
Aku dan istri pun undur diri dari forum musyawarah cabang serta berpesan pada ketua terpilih bahwa FLP Wilayah akan selalu ada untuk mendukung sepenuhnya segala sesuatu yang dibutuhkan oleh cabang. Tak lain dan tak bukan semua untuk kebaikan bersama, perjuangan melalui pena. Forum Lingkar Pena; berbakti, berkarya, berarti. (Angga Suprapto)