Ahad pagi (1/9), kesibukan terlihat di ballroom hotel Aston Sidoarjo. Panitia kegiatan lelang amal untuk Palestina bertajuk “Palestine in Art” sedang melakukan persiapan acara.
Acara yang telah direncanakan sejak sebulan sebelumnya ini mengundang Bunda Sinta Yudisia, seorang psikolog yang juga penulis dan pegiat Forum Lingkar Pena. Bunda Sinta Yudisia pun kini menjadi Ketua Komisi FLP untuk Palestina. Beliau pernah dikirim ke Palestina dan bertemu dengan Syaikh Ismail Haniyeh pada tahun 2009 lalu.
Selain Bunda Sinta Yudisia, turut menjadi pembicara Ustadz Suhadi Fadjaray, seorang motivator islami sekaligus konsultan pendidikan yang telah banyak memberikan motivasi ke berbagai instansi dan lembaga, terutama terkait parenting.
Kegiatan di hotel Aston ini merupakan opening dari rangkaian kegiatan “Palestine in Art” yang akan berlangsung selama seminggu ke depan.
Dalam opening ini, Bunda Sinta Yudisia memberikan informasi mengenai tangguhnya anak-anak Palestina dan pengalamannya bersentuhan langsung dengan orang-orang Palestina. “Saya bertemu seorang sopir di Palestina. Saya bertanya apakah Anda mau tinggal di Indonesia. Dia menjawab, kalau berkunjung saja tidak apa-apa, tapi kalau tinggal tidak. Palestina adalah daarul ma’ad–rumah tempat kembali,” ujar Bunda Sinta, dengan mata berkaca-kaca menceritakan betapa indah akhlak orang-orang di Negeri Anbiya itu.
Anak-anak muda Palestina adalah anak-anak yang penuh kreativitas dan selalu menanamkan keimanan di dada mereka. Dalam sharing-nya, Ustadz Suhadi menyampaikan bahwa untuk mencetak anak-anak demikian, kita perlu menghapus stigma bahwa masa muda adalah waktunya kenakalan dan kerusakan terjadi. “Jadilah contoh untuk anak-anak. Kalau mau anak kita shalat ke masjid, bapaknya juga harus ke masjid. Jangan harapkan anak muda kita mau melanjutkan perjuangan untuk Palestina kalau masih seperti sekarang kondisinya, hobi nge-game, kecanduan gadget, sampai terpapar pornografi. Kita harus mulai jadi teladan untuk anak,” ujarnya tegas.
Motivasi-motivasi yang disampaikan para narasumber disambut baik oleh para peserta. Setelah talkshow, para peserta dengan antusias mengikuti lelang lukisan yang hasilnya 100% didonasikan untuk Palestina melalui Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF). Salah satu yang mengambil lelang tersebut adalah MT. Al-Millah yang berhasil mengumpulkan uang sebesar 25 juta dari para jamaah ibu-ibu. Selain itu ada beberapa pelelang lain yang mengambil lukisan-lukisan yang ada, termasuk lukisan yang dilukis on the spot.
Acara yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) ini didukung oleh Samira Travel Umrah, Oshilova Chicken, Yayasan Al-Falah Darussalam, Forum Lingkar Pena, Cahaya Pustaka, dan banyak lainnya. Dari kegiatan ini, diharapkan dapat menambah insight masyarakat tentang Palestina. “Kita perjuangkan Palestina dengan apa yang kita punya. Free, free, Palestine!” Begitu ungkapan Rafif Amir, ketua panitia kegiatan Palestine in Art dalam sambutannya di opening acara ini.
Acara Palestine in Art tentunya tidak berakhir hari ini saja, tetapi masih ada rangkaian acara lain berupa kajian terkini Palestina, parade puisi, konser amal, dan acara menarik lainnya selama seminggu ke depan.
Forum Lingkar Pena Sidoarjo turut serta dalam rangkaian kegiatan dengan menjadi media partner. Dalam opening kegiatan, FLP Sidoarjo membuka stand untuk memperkenalkan buku-buku penulis FLP, seperti Gol A Gong, Sinta Yudisia, Asma Nadia, Niswahikmah, dan lainnya. Dalam kaitannya dengan perjuangan untuk Palestina, FLP menjadi salah satu pendukung utama hingga memiliki komisi tersendiri untuk urusan Palestina. Diharapkan segala ikhtiar ini dapat mempercepat kemerdekaan Palestina bisa terwujud.