Literasi Digital yang Berkeadaban

286
literasi digital yang berkeadaban
ilustrasi (unsplash/screen post)

Literasi bukan hanya sekadar kemampuan baca tulis. Di era digital, kecerdasan dalam memilah informasi dan menyimpulkan konten digital –baik di media sosial, laman situs, maupun aplikasi- merupakan keniscayaan. Apalagi mengunggah dan menyebarkan informasi digital. Semuanya membutuhkan keterampilan dan kecerdasan.

Literasi digital ini merupakan salah satu literasi dasar menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud). Seperti diketahui, Kemdikbud membagi literasi dasar menjadi enam jenis, yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan.

Ketika Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Timur berkunjung ke Radar Gresik, Kepala Biro Radar Gresik mencontohkan betapa literasi digital masyarakat sangat perlu ditingkatkan. Misalnya sebuah berita viral media itu mendapatkan ribuan komentar. Namun, mayoritas komentar tersebut tidak relevan dengan isi berita.

Contoh ini sejalan dengan data Statista bahwa 41 persen responden dunia mengaku bahwa mereka hanya membaca judul saja saat mengkonsumsi berita. Penelitian lain yang dilakukan Maksym Gabielkov menunjukkan, dari 2,8 juta artikel yang dibagikan di media sosial, 59 persen-nya tidak benar-benar diklik sama sekali.

Selain komentar tanpa membaca isi berita, persoalan lain dalam literasi digital adalah komentar jahat. Bentuknya bisa berupa ejekan, hinaan, label-label negatif, hingga komentar yang menyinggung SARA. Sebagiannya dilakukan oleh akun-akun anonim yang menyembunyikan identitas asli di media sosial.

Peran Pembuat Konten

Di satu sisi, banyak warganet yang suka berkomentar tanpa membaca konten secara utuh dan tidak sedikit yang suka berkomentar jahat. Di sisi yang lain, pembuat konten perlu menyadari tipologi warganet tersebut. Karenanya, pembuat konten juga perlu bijak untuk tidak menyajikan konten yang memancing komentar negatif tersebut.

Termasuk dalam memilih judul. Judul yang kontroversial atau click bait memang mengundang pembaca lebih banyak. Namun, perlu dipertimbangkan apakah dengan judul tersebut akan memancing komentar-komentar negatif atau tidak.

Demikian pula judul-judul yang mengundang syahwat, baik di website maupun aplikasi menulis. Meskipun isinya tidak seperti judulnya, ia telah menimbulkan kekeruhan tersendiri di dunia maya. Apalagi jika isinya juga menjajakan aurat dan mengumbar syahwat.

Jika untuk konten singkat di media sosial saja kita perlu bijak, apalagi tulisan-tulisan panjang seperti novel. Tanggung jawab moral penulis semestinya jauh lebih besar. Pun dengan pembuat konten video seperti di Youtube, Tiktok, dan berbagai media sosial lainnya.

Literasi Berkeadaban

Forum Lingkar Pena (FLP) telah lama mengusung literasi berkeadaban. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adab adalah kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. Saat menjelaskan istilah adab, Ketua Dewan Pertimbangan FLP Habiburrahman el Shirazy mengatakan bahwa istilah tersebut berasal dari bahasa Arab dan sumber paling otentik untuk menelaahnya adalah hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka, literasi berkeadaban adalah literasi yang menjunjung tinggi akhlak, kesopanan, dan budi pekerti. Dan tentunya literasi semacam ini tidak akan bertentangan dengan ajaran Nabi.

Di era digital, kita perlu membawa semangat ini menjadi literasi digital yang berkeadaban. Literasi yang bukan hanya mengejar views, trending, atau viral. Namun yang paling penting adalah membawa manfaat kebaikan dalam membangun peradaban.

Dalam mengawal literasi digital yang berkeadaban, FLP telah mendirikan Blogger FLP, yang menghimpun dan memberdayakan blogger-blogger FLP se-Indonesia. Sekaligus menyajikan konten-konten positif baik seputar edukasi menulis, literasi digital, hingga gaya hidup dan travelling.

Di Jawa Timur, transformasi situs resmi FLP Jatim dari flpjatim.com menjadi flpjatim.id juga merupakan bagian dari upaya membangun literasi digital yang berkeadaban. Flpjatim.id bukan hanya berisi informasi organisasi, tetapi juga menyajikan kanal literasi mulai cerpen, puisi, resensi, hingga artikel-artikel pilihan terutama yang terkait dunia literasi. []

Konten sebelumnyaKabinet Al-Fatih
Konten berikutnyaMusyawarah Cabang VI FLP Malang, Berlangsung di Tengah Pandemi dan Lahirkan Ketua Baru.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini