Flpjatim.com,- Secara umum, ada sembilan fitnah akhir zaman. pertama Syirik kecil, Keyakinan terhadap bintang, mendustakan takdir, dan kekejaman seorang penguasa, Ahli Al-Qur’an yang menyimpang, Orang munafik yang pintar berbicara, Tokoh penyesat agama, Kelapangan dunia, Muncul perbuatan kaum Luth, Lisan manusia yang tergelincir, Wanita.
Secara sederhana, fitnah disini adalah kata lain dari ujian. Mari kita cermati fitnah akhir zaman yang kesembilan. Ujian hidup di akhir zaman, salah satunya adalah wanita.
Mari kita tadaburi QS. Ali Imron: 14
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak. Dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Wanita ada diurutan pertama sebagai hal yang indah pada pandangan dan yang diingini. Sebenarnya ini fitrah manusia. Suka terhadap hal yang indah dan menginginkannya. Bahkan berusaha memilikinya adalah fitrah. Namun, hal ini mengandung fitnah (ujian).
Islam menjunjung tinggi wanita. Bahkan, satu-satunya agama yang paling memuliakan wanita adalah Islam. Segala hal detail tentang wanita dibahas dan diatur dalam islam dengan tujuan untuk menjaganya, secara otomatis juga menyelamatkannya.
Menyelamatkan dari apa? Menyelamatkan dari fitnah.
Kisah wanita sebagai fitnah sudah ada sejak dahulu kala. Bahkan, terabadikan dalam Al-Qur’an. Yang pertama, mari ingat kembali Kisah Nabi Yusuf as. Ini adalah kisah yang sangat mahsyur. Nabi Yusuf sampai berdoa kepada Allah swt. agar tidak terjerumus kepada keindahan wanita.
Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak aku hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)
Sekelas Nabi Yusuf as, mengakui tidak berdaya terhadap ujian berupa wanita. Mengakui kelemahannya yang apabila tidak ditolong oleh Allah swt, maka akan terjerumus.
Kisah kedua. Masih diabadikan juga dalam Al-Qur’an, yaitu kisah Nabi Musa as. Membicarakan kisah cinta Nabi Musa itu syahdu sekali. Semoga di lain kesempatan kita bisa bersama-sama membedah kisah cinta Nabi Musa dan mengambil hikmah darinya.
Kembali pada pembahasan kita.
QS. Al-Qasas adalah kisah abadi tentang pertemuan cinta Nabi Musa. Di Negeri Madyan saat itu, pelarian Musa, berujung pada pertemuan cintanya. Namun, Musa begitu menjaga diri dan hati. Singkat cerita, Musa memenuhi undangan dari bapak para wanita yang ia tolong mengambil minum untuk ternaknya.
Digambarkan penjagaan diri dan hati Musa, setidaknya melalui dua sikapnya, yaitu:
1. Menundukkan pandangan. Musa hanya memandang wanita-wanita itu dari kejauhan saat awal pertemuan mereka. Dia bisa memandang para wanita itu karena ketidaksengajaan. Saat itu posisi Musa ada di atas bukit, sedangkan wanita-wanita itu ada di lembah.
2. Selama perjalanan menuju rumah wanita-wanita itu, Musa berjalan di depan. Para wanita itu mengiringi di belakangnya sembari memberi petunjuk jalan dengan cara melempar batu ke kanan dan ke kiri saat harus berbelok arah.
Sekelas Nabi Musa, sangat menjaga diri agar tidak terjerumus pada fitnah wanita.
Wahai, wanita! Ini adalah fitrah yang harus kita terima. Bahwa diri kita itu rentan sekali menimbulkan fitnah. Apalagi saat ini. Tidak hanya seorang wanita yang mengumbar auratnya saja yang bisa menimbulkan fitnah. Bahkan, seorang wanita yang membalut tubuhnya dengan busana muslimah yang rapi, bisa menimbulkan fitnah tersendiri.
Lebarnya jilbab, santunnya akhlak, lembutnya perangai, dan cerdasnya pendapat ternyata menimbulkan fitnah (ujian) tersendiri. Oleh karenanya, bukan berarti kita telah menutup aurat dengan rapi kemudian kita merasa telah sempurna menjaga diri dan hati. Namun, bukan berarti tidak berjilbab. Karena, dengan berjilbab rapi, setidaknya kita telah memulai untuk menyempurnakan penjagaan diri.
Saya tidak akan membahas apakah saat ini kita telah memasuki masa yang disebut sebagai akhir zaman. Sekalipun secara gejala dan tanda-tanda memang sudah mengarah pada kondisi itu. Saya hanya ingin tekankan bahwa di zaman mana pun, sudah seharusnya seorang wanita menjaga dirinya agar tidak menjadi sumber fitnah, baik bagi dirinya, keluarganya maupun masyarakat.
Benarkah wanita bisa menjadi fitnah bagi dirinya sendiri? Iya, sangat bisa.
Sebagai wanita, jika kita tidak hati-hati maka kita akan terjerumus kepada syirik kecil. Penghambaan kepada kecantikan diri sendiri, penghambaan kepada kebaikan hati kita sendiri. Sibuk mempercantik diri, sibuk membranding diri, sampai lupa, bahwa segala keindahan yang ada di diri kita adalah milik Allah swt. Bahkan, kita tidak memiliki kuasa apapun atasnya. Kapanpun jika Allah swt mau, semua bisa lepas dari kita. Diambil oleh Allah swt.
Trend saat ini adalah wanita begitu sibuk dengan mempercantik dirinya. Segala bentuk perawatan kecantikan terhampar begitu luar biasa dihadapan kita. Produk perawatan dari ujung kaki hingga kepala ada. Mulai dari yang membuat cantik, yang membuat langsing, dan seterusnya. Bahkan dengan embel-embel natural, aman,, instan, dan seterusnya.
Apakah tidak boleh? Bukankah Allah swt menyukai keindahan?
Boleh. Akan tetapi, tidak boleh berlebihan. Sekadarnya saja. Jangan sampai kita diperbudak dengan skincare dan kosmetik, sampai lupa dengan tujuan utama merawat kebersihan dan kesehatan diri.
Termasuk tentang fashion. Lho, bukankah boleh gaya busana apa saja yang penting memenuhi aturan menutup aurat yang syar’i? Benar. Benar sekali. Tapi mari kita berhati-hati, agar tidak berlebihan, bahkan mubadzir, sehingga kita terlupa akan tujuan utama menutup aurat.
Hal lain yang perlu kita berhati-hati, wahai muslimah, adalah tentang mem-branding diri. Muslimah boleh tampil di depan khalayak, mengisi aspe-aspek dakwah di masyarakat sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Bahkan, sudah saatnya perempuan tampil di garda terdepan, terutama untuk labirin yang memang perlu sentuhan wanita.
Akan tetapi, mari terus mengingatkan diri kita, bahwa tampilnya wanita adalah semata-mata untuk dakwah ilallah. Wanita keluar rumahnya, berkiprah di bidangnya secara profesional, menjadi seorang guru, dokter, perawat, karyawati, bahkan pengusaha, adalah semata-mata untuk dakwah ilallah. Menyampaikan kebenaran. Bukan untuk menampilkan perhiasan-perhiasan dirinya yang dapat menimbulkan fitnah.
Oleh karenanya, sertakan Allah swt. dalam setiap langkah-langkah kita.
Keluarnya wanita dari rumahnya adalah diiringi setan. ini benar. Namun, bukan berarti kita berdiam diri di rumah tanpa mengambil peran di masyarakat. Keluar dan berkiprahlah dengan menyertakan Allah swt.
Bagaimana caranya agar wanita tidak menjadi sumber fitnah?
Abu Hurairah meriwayatkan bahwasanya Rasul saw. bersabda, “Bersegeralah kalian melakukan amal saleh sebelum datangnya fitnah yang seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pagi-pagi seseorang masih beriman, tetapi di sore hari sudah menjadi kafir; di sore hari seseorang masih beriman, kemudian di pagi harinya sudah menjadi kafir.” (HR. Muslim.)
Hadist ini mengabarkan, di akhir zaman manusia akan begitu plin plan dengan keimanannya. Pagi beriman, sore kafir, dan sebaliknya. Sungguh menakutkan, naudzubillah.
Ukhtifillah, mari fokus pada seruan Rasulullah saw tentang apa yang dapat kita lakukan sebelum datangnya fitnah mengerikan. “Bersegera melakukan amal saleh.”
Saya akan mengutip amal saleh wanita dari Buku karya Ninih Muthmainnah yang berjudul Kotak Kecantikan Ajaib Rahasia Kecantikan Abadi. Buku itu membahas tentang amal saleh wanita yang disayang dan dijaga oleh Allah swt.
Apa saja bentuk amal saleh itu?
Qiyamul layl (salat malam)
Mengapa wanita harus salat malam? Yang pertama adalah agar kita merasa dekat dengan Allah swt. Coba praktikan! Pada sepertiga malam adalah waktu yang sangat syahdu untuk mendekat kepada Alla swt. Selain itu, salat malam ternyata bisa menjaga kata-kata dan perbuatan kita. Ibaratnya, salat malam adalah rem lisan dan tingkah buruk kita.
Fadhilah salat malam yang berikutnya adalah melembutkan hati dan mengangkat derajat kemuliaan. Ini cita-cita semua wanita bukan? Menjadi wanita yang mulia di hadapan Allah dan manusia.
Sabar
Wanita dan kesabaran itu seperti dua hal yang tidak terpisahkan. Kita sering mendengar ’Jadi perempuan itu yang sabar’. Mungkin terdengar menyepelekan wanita. Namun, mari ubah stigma itu menjadi sebuah hikmah. Sabar adalah sifat yang hanya mendatangkan kemuliaan dan kebaikan. Jadi, mari belajar bersabar. Mungkin sulit, tapi dibalik itu ada kekuatan besar yang siap mengemban takdir apapun.
Sabar itu bukan mempertanyakan: kapankah datang pertolongan Allah swt. Sabar adalah berdoa agar dimampukan dan dikuatkan oleh Allah swt dalam menghadapi takdir kehidupan.
Syukur
Salah satu kunci agar mudah bersyukur adalah menanamkan keyakinan bahwa rasa syukur dapat menambah nikmat. Jika kita mensyukuri apa yang ada dalam hidup kita maka Allah swt akan menambah nikmat untuk kita. Kalau penambahan itu bukan berbentuk hal yang dapat dihitung, maka berupa ketenangan jiwa. Bukankah tujuan kita hidup hanyalah satu, yaitu merasa tenang?
Wanita yang tenang selalu berpikir jernih. Dia akan mudah mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Wanita yang tenang tidak akan ceroboh, bertindak cermat dan berhati-hati. Sebab dia tahu, bahwa rezeki tidak akan tertukar.
Ikhtiar
Sekalipun kita seorang wanita, bukan berarti ikhtiar-ikhtiar kita sekadarnya saja. Allah swt. menciptakan wanita itu istimewa, dia diciptakan lembut, tapi dia bisa menjadi sumber kekuatan dan kesuksesan banyak hal. Oleh karenany, apa yang menjadi cita-cita kita, raih dengan maksimal.
Tilawah
Dekat dengan Al-Qur’an adalah keselamatan. Al-Qur’an adalah sumber ilmu. Dari Al-Qur’an kita akan memahami banyak hal, juga tentang wanita.
Oleh karena itu, Ukhtifillah, dekatlah dengan AL-Qur’an! Allah swt akan membimbing kita dan menyelamatkan kita dari fitnah dunia jika kita berpegang-teguh kepada kalam Allah swt.
Terakhir, yang bisa saya sampaikan dalam pembahasan ini adalah wanita dan laki-laki memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah swt. yang membedakan hanyalah iman dan takwa. Mari ingat kembali hikmah yang Allah swt. abadikan dalam Al-Qur’an dan Sirah Nabi.
Ada keteladanan dari sosok wanita yang salihah ketika di sisi seorang laki-laki yang salih. Dia adalah Khadijah.
Ada keteladanan dari sosok wanita yang salihah ketika di sisi seorang laki-laki tidak salih. Dia adalah Asiyah.
Dan…
Ada keteladanan dari sosok wanita yang salihah ketika di sisinya tidak ada seorang laki-laki. Dia adalah Maryam.
Ukhtifillah yang saya cintai karena Allah swt.
Keadaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk kesalihan seorang wanita. Dimanakah dia atau dengan siapa tidak terlalu penting. Karena keimanan itu lahirnya dari hati. Siapa yang dikehendaki Allah swt terjaga keimanannya, maka akan Allah jaga.
Oleh karena itu, mari bersegera dalam beramal saleh, agar Allah swt. menjaga kita.
Wallahu’alam bish shawab…
Penulis: Syilviya Romandika [Koordiv Kaderisasi]
Tulisan ini dipresentasikan dalam Kajian Komunitas Muslimah Jombang dengan judul yang sama pada 3 April 2020
Referensi:
1. Tafsir Kemenag RI
2. Buku Kotak Kecantikan karya Ninih Muthmainnah
3. Kitab Hadist Shahih Muslim