[Cerpen] Sehabis Ombak Menerjang

147
Flpjatim.com,- Sarif tergagap. Di depan pintu rumah ia tercekat. Rumah nelayan berukuran 4x 5 meter itu serasa semakin pengab. Dadadanya berdegup kencang. Sudah bertahun ia menahan kesabaran yang sangat menghadapi istrinya yang tidak menyadari risiko menjadi isteri seorang nelayan. Berangkat “miyang” adalah sering berangkat menuju dua kemungkinan: mati ataukah kembali. Tapi sang isteri belum pernah mengetahui kengerian badai saat angin dan ombak mempermainkan nasib nelayan Pantura. Bahkan kadang berlayar menuju kalimantan dijalaninya agar rumah tangganya tetap bisa tegak dengan dapur yang tetap mengepul. 
[Cerpen] Sehabis Ombak Menerjang

“Uang segini mana cukup, Mas!Kebutuhan hidup sangat mahal. Belum lagi biaya sekolah anak kita!” Istrinya nrocos bicara. Sarif masih diam menahan gemuruh dadanya. Badai yang menggedor pertahanan imannya. Tapi ketika kumpulan uang puluhan ribu itu dilempar ke depan kakinya, Sarif kehilangan kesabarannya. Isteri yang dicintainya dan malahan sangat tertanam dalam jantungnya itu dipegang tangannya. Sarif menggelandangnya ke luar. Menuju laut! Teriakan istrinya tak dihiraukan. Tatapan mata tetangga diabaikan. Perahu motor dinyalakan. Tangisan istrinya bersatu dengan ombak pagi itu. 
Angin menghantam lambung perahu. Sarif hampir terjengkang ke luar. Hantaman ombak ke dua menghantam tubuh istrinya. Terjatuh dalam dasar perahu perempuan semampai itu. Ketakutannya akan kematian membuat ia terdiam sementara waktu tapi Hantaman berikutnya membuat Ia berteriak ke arah suaminya. Ia malah menyodorkan tangannya ke arah suaminya untuk mencoba nenolongnya. Ia tak rela kalau suaminya pergi dalam badai seperti ini. Ia ingin ditemani seorang suami yang sanggup menerobos badai seperti pagi itu. Suaminya pun berusaha untuk menggapai tangan istrinya yang terjatuh dalam dasar perahu itu. Pagi itu, ketika para nelayan bercengkrama dengan keluarganya, sepasang suami istri saling berpelukan dalam badai. 
Kini, sehabis peristiwa itu, perempuan itu tak pernah membentak lagi kepada suaminya. Ia lebih khusyuk dalam doa untuk setia kepada suaminya ketika suaminya pergi “miyang”. Sedangkan Syarif seperti biasanya, menekuni ikan dari jaring yang ditebar, dari jala yang dilemparkan. Ia biasa bermandi badai demi utuhnya rumah tangga, demi tetap utuh cinta dalam dada. Selamanya.
SHT, 060320
Konten sebelumnyaMusyawarah Cabang FLP Sidoarjo
Konten berikutnyaPengabdian Sejati : COVID-19

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini