Oleh: Nadiyah Hapsari (FLP Pasuruan)
Literasi erat kaitannya dengan perkembangan otak sehingga organ anak tersebut harus disiapkan dengan baik saat usia kehamilan trimester pertama. Literasi bukan hanya kemamapuan membaca, tetapi juga kemampuan berbicara. Literasi itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu literasi dasar yang berhubungan dengan artikulasi dan kognitif. Begitulah yang disampaikan oleh Ibu Lala pada acara bertajuk seminar literasi keluarga di Taman Bahasa Indonesia Bangil Pasuruan.
Di usia kehamilan trimester kedua, janin mampu menyimpan memori literasi pertama kalinya, yakni melalui detak jantung sang ibu. Keteraturan irama detak jantung ibu memengaruhi nada bicara sang bayi kelak. Semakin teratur detak jantung ibu, kemungkinan nada bicara anak teratur pula. Sebaliknya, jika sang ibu mengalami stres dan irama jantung tidak teratur akan memengaruhi gaya bicara anak nantinya.
Sedangkan organ artikulasi disiapkan pada proses kelahiran normal, yaitu pijatan alami di bagian pipi dan wajah. Sedangkan kelahiran melalui operasi memiliki potensi kerusakan organ artikulasi, misalnya gigi yang lambat tumbuh akan berpengaruh dalam komunikasi. Memang tidak semua potensi kerusakan akan terjadi, namun tetap dibutuhkan stimulasi agar mengurangi potensi kerusakan.
Kemampuan literasi pun memiliki dua macam yakni reseptif dan ekspresif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan memindai bunyi dan simbol bahasa melalui alat sensori. Kemampuan memindai bunyi diantaranya adalah mampu menganalisis jenis-jenis suara sedangkan kemampuan memindai simbol bisa berupa warna, bentuk, dan lain sebagainya. Kemampuan literasi reseptif ini melalui proses informasi dari sensor auditori dan visual ke dalam area broca pada otak untuk memproses kosakata, kalimat, tatabahasa. Sedangkan area wernick untuk memaknai.
Kemampuan literasi ekspresif yakni kemampuan memproduksi bunyi, menguatkan dengan ekspresi dan gerak sesuai dengan pesan yang dihantarkan. Kemampuan ini berupa memilih, memilah, dan merangkai ide dalam bentuk teks, tulisan, tanda baca, gambar, diagram, sesuai dengan konsep yang dihantarkan.
Pemateri juga membagikan tips bagaimana memilih buku cerita yang baik bagi anak-anak. Salah satunya adalah dengan memperhatikan kesesuaian antara judul dengan isi buku. Selain itu, pilihlah tema yang sesuai dengan usia anak. Montessori menyarankan buku yang baik untuk anak usia nol sampai delapan tahun berupa buku sejarah, pengetahuan, dan adab. Berikutnya, pilih buku dengan teks yang berima dan memiliki alur cerita yang logis. Sedangkan urutan penyajian cerita diawali dari cerita berkonten adab, sejarah, dan yang terakhir imajinasi.
Perlu diperhatikan juga bagaimana cara yang baik dalam membacakan cerita pada anak. Hal yang boleh dilakukan diantaranya, yang pertama memfariasikan suara sesuai dengan tokoh dan narator dengan perbedaan yang mencolok. Kedua, membunyikan tanda baca sesuai dengan maksud kalimat. Ketiga, membuat pertanyaan pancingan, memprediksi, menanya untuk mengulang kata utama. Sedangkan hal yang tidak boleh dilakukan membacakan cerita pada anak yaitu menambah kata atau kalimat yang tercantum pada teks dan melakukan gerakan berlebihan sehingga mengganggu fokus anak.
Literasi pada anak tidak bisa dilakukan secara instan. Butuh proses pembentukan dan pembiasaan sejak usia dini, terlebih sejak dalam kandungan. Jika literasi sudah matang dan siap tentu tujuan literasi yang diharapkan akan mudah terwujud.
Biodata Penulis
Nadiyah Hapsari nama pena dari wanita kelahiran Pasuruan 05 Juli 1991. Sejak SD hingga SMA ia tempuh di Pasuruan. Selanjutnya ia mengampu Pendidikan di Universitas Negeri Malang Jurusan Bahasa Indonesia. Selain mengajar di SMAN 1 Lumbang, ia juga aktif di organisasi kepenulisan Forum Lingkar Pena Cabang Pasuruan. Motto hidupnya terus belajar, berpikir, berkarya, dan bermanfaat. Jika ingin mengenal penulis lebih jauh silahkan hubungi email: kakibunda@gmail.com, Ig: @nadiyah.hapsari, atau Twitter: @sakdeyah.