Karya Anggota FLP Harus Meliputi Tiga Hal Ini

55

Karya kita harus melembutkan, menguatkan, dan lebih dermawan. Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Timur Ustadz Muchlisin BK menyampaikannya di agenda inti hari kedua Silaturahmi Wilayah dan Kemah Literasi FLP Jawa Timur 2023 di Aula Kuntum Insan Cemerlang Bondowoso, Ahad (8/1/2023).

Ustad Muchlisin, sapaannya, sebelumnya mengungkap, FLP merupakan organisasi kepenulisan terbesar di Indonesia. “Di Jawa Timur ada 22 cabang. Insyaallah dalam waktu dekat akan bertambah karena nanti ada pelantikan FLP Bondowoso. Bulan depan diikuti FLP Bojonegoro, kemudian FLP Trenggalek, dan FLP Nganjuk,” terang pria kelahiran Lamongan itu.

Itulah upaya mewujudkan target penambahan enam cabang baru di kepengurusan FLP periode ini. Adapun pada sebagian cabang, lanjut Ustadz Muchlisin, ada FLP ranting di tingkat kecamatan, sekolah, dan pondok pesantren. Di FLP Jawa Timur, cabang dengan ranting terbanyak ialah FLP Pamekasan. “Ada enam ranting di pondok pesantren,” ungkapnya.

Ustadz Muchlisin lantas berharap di cabang FLP yang lain juga berdiri banyak ranting. “Kita bersama-sama berkontribusi membantu pemerintah meningkatkan minat baca dan literasi!” ajak dia.

Oleh karena itu, pihaknya berharap kepada Kepala Bidang Pelayanan Perpustakaan dan Komunikasi pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jatim Arif Widodo untuk membina para anggota FLP Cabang Bondowoso. “Kami mohon Pak Arif bisa membina adik-adik. Karena yang paling kuat memberi kuat support untuk FLP cabang adalah Dinas Perpustakaan,” tuturnya.

Dia menegaskan, kerja sama dan kolaborasi ini perlu dibangun dan dikuatkan. Di  FLP Wilayah Jawa Timur, saat Musywil VII di Gresik, tercatat 333 penulis yang bergabung sebagai anggota FLP.  “Sekarang 514 penulis FLP di Jatim. Ini kekuatan luar biasa untuk meningkatkan minat baca tulis dan bentuk literasi lainnya, termasuk mewujudkan cita-cita nasional mencerdaskan kehidupan bangsa,” terang penulis itu.

Kata Ustadz Muchlisin, para penulis di FLP aktif menerbitkan karya baik antolongi maupun solo.

Tiga Hal dalam Karya

Dalam sambutannya, Ustadz Muchlisin juga menerangkan, Silwil dan Kemah Literasi itu ialah salah satu program di antara sekian banyak program FLP Jawa Timur. “Dengan ini kita mendapat ilmu baru,” harapnya.

Pagi itu, para peserta mendapat materi utama ‘Idealisme FLP dan Selera Pasar Global’ dari Bunda Sinta Yudisia, Dewan Pertimbangan FLP sekaligus Pembina FLP Jawa Timur.

Ustadz Muchlisin pun mengisahkan, di kalender Hijriah, saat ini berlangsung Jumadil Akhir. “Di bulan yang sama, Abu Bakar wafat. Sehingga digantikan Umar. Ketika pidato setelah terpilih, Umar memanjatkan doa,” ujarnya.

Dalam doa itu, Umar mengakui tiga kekurangan dan meminta tiga keunggulan. Dia berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku keras maka lembutkanlah, sesungguhnya aku lemah maka kuatkanlah, sesunggunya aku bakhil maka jadikanlah aku dermawan.”

Ustadz Muchlisin menegaskan, inilah bentuk kewadhuan. “Umar lebih hebat dari kita semua,” ungkapnya.

Maka harusnya, tiga keunggulan itu juga bisa terwujud dengan gerakan literasi di FLP, ada sastra berkeadaban yang diperjuangan bersama. Pertama, dia menegaskan, tulisan karya sastra mampu melembutkan hati. Mengingat zaman sekarang, hati yang keras lebih sering didapati. “Ketika kecelakaan, tidak ditolong tapi dijadikan konten,” contohnya.

Ustadz Muchlisin lalu menekankan, sastra bisa menjadikan manusia lebih kuat, beradab, dan lebih mudah menerima nasihat. “Sastra kita harus menguatkan! Sastra kita tidak boleh bikin kita malah jadi cengeng. Karya melankolis tidak boleh bikin cengeng tapi justru bikin kuat!” tuturnya.

Kuat yang dia maksud salah satunya dalam hal emosional. “Bisa mengelola emosi karena semakin kuat, semakin luas manfaatnya untuk masyarakat. Meningkatkan literasi di negeri ini!”

Ketiga, harapannya, sastra membuat penulis dan pembacanya lebih dermawan. Karena semakin lama, manusia semakin individualis. “Sekarang saat cangkrukan di warung kopi, HPan sendiri-sendiri. Begitu individualis yang tidak peduli orang lain,” contohnya.

Dengan karya tulis, lanjutnya, Ustadz Muchlisin berharap kedermawanan penulis FLP akan terjaga, bahkan menjadi lebih meningkat. “Ketika karya kita melembutkan hati, menguatkan, dan menjadikan lebih dermawan, otomatis mengangkat budaya baca Indonesia yang masih di peringkat 62,” terangnya.

Dia lantas bercanda, mungkin membaca buku saja yang disurvei. “Kalau membaca media sosial, WA, mungkin kita nomor satu!” candanya memecahkan tawa peserta. (*)

Penulis Sayyidah Nuriyah, FLP Cabang Gresik

Konten sebelumnyaKumpulan Cerpen Kearifan Lokal Jawa Timur
Konten berikutnyaTurba ke FLP Malang: Sebuah Janji untuk Memulai Tahun Ekspansi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini