Belajar dari Siti Hajar, Menjadi Seorang Ibu yang Kuat dan Tak Mudah Rapuh

142

Seorang Ibu mempunyai pengaruh sangat besar bagi pertumbuhan dan kepribadian anaknya.

Sebagaimana Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Tempat belajar dari mulai pangkuan hingga anak dewasa.

Ibu adalah sosok perempuan yang kuat dan tangguh. Di tengah kepayahan dan rasa ngantuk, ia tetap bangun untuk menyusui anaknya di malam hari.

Bahkan, ada seorang diri mengurus anak tanpa suami. Dengan segala keterbatasan yang menyelimuti, ia tetap kuat demi anak tumbuh dengan baik.

Para Ibu bisa sukses meski seorang diri mendidik anak tanpa peran seorang Ayah. Seorang Ibu tersebut adalah Siti Hajar.

Siti Hajar sosok Ibu yang tangguh dan tak mudah rapuh. Walau ditinggalkan Nabi Ibrahim as di tengah gurun yang tandus dan gersang.

Tidak protes ataupun melawan kepada suaminya. Ditambah Siti Hajar mengetahui bahwa itu adalah perintah Allah Swt, beliau semakin yakin bahwa Allah akan menjaganya. Meskipun tidak Nabi Ibrahim as di sisinya.

Saat Ismail kecil kehausan, Siti Hajar tidak putus asa begitu saja. Beliau lari-lari kecil ke bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali untuk mencari air.

Karena perjuangannya yang luar biasa di tengah tidak keberdayaannya. Allah Swt mengabadikan momen tersebut dalam rukun haji yang saat ini umat Islam ikuti.

Kemudian Allah Swt pun menghadiahkan sumber mata air yang keluar di bawa kaki Ismail.

Siti Hajar pun langsung menggali tanah membentuk kolam, untuk menampung mata air tersebut.

Mata air tersebut dikenal dengan air Zam-zam, sumber mata air yang tak akan pernah kering hingga hari kiamat nanti.

Hajar adalah sosok Ibu yang tangguh dan inspiratif, dan produktif. Beliaulah yang membuka peradaban baru di Mekkah.

Tanah yang awalnya tak berpenghuni kini dicintai banyak orang. Bahkan, tidak pernah bosan meski berkali-kali mengunjungi Mekkah.

Hajar juga sosok yang penyayang dan penyabar. Hingga akhirnya Ismail tumbuh besar, menjadi anak yang rupawan dan berakhlak mulia.

Saat Nabi Ibrahim as datang, mengatakan akan menyembelih Ismail karena mendapat wahyu dari Allah Swt. Ismail pun dengan tenang dan ikhlas mengikuti perintah Allah Swt.

Berkat dari didikan ibu hebat, dimana sejak usia belia sudah ditanamkan nilai-nilai tauhid yang kuat kepada Ismail.

Ismail memberikan jawaban dengan penuh keyakinan, supaya sang Ayah menjalankan perintah Allah Swt. Siapa mengira seorang anak kecil usianya kurang lebih 13 tahun, sangat bijak dan dewasa.

Siti Hajar pun saat mendengar cerita mimpi sang suami, beliau pun ikhlas dan sabar jika Ismail disembelih.

Semua adalah titipan, kapan pun akan kembali pada pemiliknya. Allah akan menguji setiap hambanya dengan kesusahan maupun kebahagiaan.

Belajar dari Siti Hajar seorang Ibu yang kuat dan tak mudah rapuh. Tak pernah mengeluh walau ditinggalkan suaminya bertahun-tahun lamanya.

Sosok Ibu yang tangguh dan tak pernah luntur keimanannya, walaupun ujian datang bertubi-tubi. Hingga dikaruniai seorang anak pribadinya baik dan akidah yang kuat.

Ketangguhan, tidak mudah berputus asa, kuat, pekerja keras, dan tidak pernah mengeluh atas takdir yang Allah berikan. Merupakan teladan dari Siti Hajar untuk para Ibu zaman sekarang.

Konten sebelumnyaCerita Abu Nawas: Lebih dulu Ayam atau Telur?
Konten berikutnyaAbu Bakar (Bagian 3): Ash-Shiddiq, Karakter Kepemimpinannya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini