IKHTIAR DAN DOA

14

Dia melihat pengumuman itu dengan hati hancur berkeping-keping. Ini bukan kali pertama dia gagal masuk ke PTN A impiannya. Bahkan di PTN B yang merupakan pilihan keduanya, juga gagal, padahal kata saudara-saudaranya, PTN B mudah untuk ditembus dan saudara-saudaranya juga tidak sepandai dirinya.

Dia telah banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Dia pahami materi yang dianggap sulit. Dan cukup percaya diri untuk menyongsong SBMPTN, tapi nyatanya lagi-lagi namanya tidak tertera di daftar mahasiswa yang diterima.

“Katanya kamu pintar kenapa tidak lolos?” Nenek yang begitu dia hormati melemparkan tanya padanya, padahal darinya dia berharap kekuatan dan pemakluman.

Sakit. Hatinya tercabik lagi. Dia pun tak kalah terpukulnya dengan keadaan dirinya. Dia juga tidak ingin mengalami hal seperti ini. Kegagalan yang bertubi- tubi. Semua orang pun tahu kalau dia memang layak diperhitungkan, tetapi jika berhadapan dengan takdir, siapa yang bisa mengelak. Tidakkah orang-orang sekitarnya tahu, bahwa dia telah berusaha semaksimal yang dia bisa. Belajar tanpa kenal lelah.

“Sudahkah kau berdoa?” Tanyaku suatu kali.

Dia terperangah. Apa efeknya? Tidak cukupkah usaha keras yang aku lakukan untuk menggapai kesuksesan?” tanyanya. Aku hanya menggeleng.

Dia mulai mengevaluasi diri. Perlahan dia ingat perjalanan dirinya. Ketika akan SBMPTN dulu, dia belajar dengan keras, dirinya terlalu sombong dengan hanya mengandalkan dirinya sendiri untuk menggapai kesuksesan tanpa melibatkan Sang Pemilik Takdir.

“Masih ada kesempatan, teruslah mencoba. Ada jalur mandiri?” ujarku.

Okelah dia mendaftar lagi di dua PTN yang sama. PTN yang pernah menolaknya. Tetapi kali ini aku tak pernah lihat lagi dia belajar. Hingga terbesit tanya apakah putus asa sudah menghinggapinya? Mana mungkin sebuah sebuah cita diraih tanpa usaha? hal itu cukup membuatku khawatir akan Nasib dirinya. Bagaimana jika tidak diterima di kedua PTN itu? Kadang, dia malah masuk kamar, dan berlama-lama di dalamnya.

Hingga saat itu tiba, pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Dia menunjukkan pengumuman PTN B, namanya tertera di sana. Matanya berbinar, seperti ada rasa bahagia yang meluap di dalam hatinya. Dan beberapa hari kemudian, namanya tertera lagi, diterima di PTN A. PTN yang menjadi incarannya sejak SMA. Begitu senangnya dia. Kepercayaan dirinya muncul kembali. Aku sangat bersyukur dan ikut berbahagia atasnya.

Ketika kutanya, mengapa di tes kedua ini kulihat sudah tidak pernah belajar lagi. Jawabnya, di tes kedua ini dia lebih banyak berdoa. Belajar sudah dia lakukan di tes sebelumnya, maka untuk saat ini dia hanya lewat jalur langit saja.

Ya sejatinya, ikhtiar dan doa haruslah berjalan beriringan, karena apalah daya manusia. Sekuat apapun usaha yang telah dilakukan, jika Allah tidak berkehendak, ya tidak bisa, maka doa menjadi pendorongnya agar usaha yang kita lakukan sejalan dengan takdir yang dituliskan.

Konten sebelumnyaReview Film Totto-Chan: Pentingnya Guru Memahami Keunikan Peserta Didiknya
Konten berikutnyaBandit-bandit Berkelas; Adu Kuat Berebut Warisan Samad

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini