Flpjatim.com,- Suatu ketika, saya melakukan audit keuangan di sebuah kantor pemerintah. Di sana, saya mendapatkan sebuah teladan yang luar biasa. Salah seorang teman bercerita tentang kebiasaan sang pimpinan kantor yang sedang saya audit tersebut. Saat adzan berkumandang, sang pimpinan langsung bergegas meninggalkan segala aktivitas yang sedang dilakukannya. Beliau segera menuju ke masjid yang letaknya tak jauh dari kantornya. Beliau berani izin meninggalkan rapat, bahkan saat agenda pertemuan dengan pimpinan kepala daerah sekalipun.
Intinya, beliau berkomitmen untuk melaksanakan shalat jamaah di masjid tepat waktu bagaimanapun kondisinya. Hal itu seperti sebuah harga mati untuk beliau. Bahkan kebiasaan tersebut telah dihafal oleh semua pegawai di kantornya.
Di hari lain saat saya sedang berkunjung ke kantor tersebut, sang pimpinan rupanya sedang tidak berada di tempat. Menurut keterangan, beliau terpaksa harus meninggalkan kantor karena dipanggil ibunya yang sedang sakit. Beliau berusaha segera memenuhi panggilan ibunya ketika dibutuhkan.
Tak hanya itu. Saya melihat bahwa beliau adalah orang yang amanah dalam bekerja. Beliau juga berusaha menjalankan syariat islam di tempat kerjanya. Beliau menjaga diri untuk tidak bersalaman dengan lawan jenis, meski terkadang ditertawakan oleh temannya dan menganggapnyasok suci. Tapi beliau tidak terpengaruh dengan hal tersebut dan tetap bersikap santai. Dalam keseharian, beliau juga tampak sederhana dan bersahaja meski menduduki jabatan penting di lingkungan pemerintahan kabupaten.
Melihat apa yang beliau lakukan, saya teringat dengan sebuah hadits tentang tiga amalan yang dicintai Allah SWT.
Dari Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata, “‘Aku bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang amalan yang paling disukai Allah SWT. Beliau menjawab, ‘Shalat tepat pada waktunya’. ‘Kemudian apa?’ kataku. Beliau menjawab, ‘Berbuat baik kepada kedua orangtua’. ‘Kemudian apa?’ kataku lagi. Beliau menjawab, ‘Jihad fi sabilillah’”. (HR. Bukhari&Muslim)
Rupanya, beliau berusaha melakukan amalan-amalan yang dicintai Allah SWT. Tak banyak berkata, tapi apa yang dilakukannya adalah sebuah cerminan sebagai hamba yang semata ingin dicintai-Nya. Hingga menjadi sebuah karakter kuat yang melekat pada dirinya.
Kontributor: Ika Safitri