Sensasi Menikmati Slepsep

236
Oleh : Amiris Sholehah
Divisi Kaderisasi FLP Jatim
Slepsep, Bhuteng, Bulung. Ada yang tahu ini nama apa? Hayo, yang ngaku anak Madura jangan sampai nama-nama ini jadi asing apalagi aneh, ya.Yang ngaku anak pantai, sepertinya ini sudah familiar karena biasanya jadi teman setia saat bermain atau saat kumpul bareng keluarga. 
Ahad pagi ini, Alhamdulillah bisa kembali menikmati makanan khas waktu kecil. Ditemani Vicky, Uung dan Erlina menyantap bersama sekalian bernostalgia. Masih seperti dulu, penjual Bhuteng tetap setia dengan bak besar, daun jati dan  tentu saja bawaan super berat berisi aneka jenis kerang/siput kecil dan olahan rumput laut. Sambil mengangkat sebiji bhuteng, Uung mulai penasaran dan mulai bertanya. 
“Ini apa, mbak? Cara nangkepnya gimana?”
Aku terdiam sejenak sambil ikut memegangi setumpuk kerang di keranjang. Selama ini aku hanya tahu rasanya tapi belum pernah tahu cara mencarinya. Yang yang paling bermakna tentang bhuteng, dari kecil hingga sekarang adalah rasanya yang sedap dan berbeda dengan makanan ringan yang banyak digemari anak kecil zaman sekarang. Dari pertanyaan Uung tadi harusnya aku ikut berfikir, bagaimana para penjual bisa membawanya ke kota? Tapi setelah ditanyakan ternyata info dari si penjual dia hanya membeli dari seseorang lalu membawanya untuk kembali dijual. Pertanyaan Uung belum juga terjawab, kini Vicky dengan rasa penasaran juga ikut mengajukan pertanyaan. 
“Yang ini cara makannya gimana, mbak?” sambil mengangkat seekor slepsep.
“Slepsep cukup disedot seperti kalian minum pakai sedotan, kalau bhuteng ada duri buat keluarin isinya,” kataku sambil menyeruput slepsep.
Beberapa bungkus bhuteng, slepsep dan olahan bulung lainnya sudah tersaji di atas meja. Santapan pagi ini jadi begitu nikmat karena wangi khas daun jati yang membuat nafsu makan makin tinggi. Kami berempat beradu siul, berusaha kuat mengeluarkan isi slepsep sebelum akhirnya ketagihan ingin makan lagi. Makan bhuteng dan slepsep memang berbuah sensasi. Percaya atau tidak sebenarnya itu urusan rasa, mengungkapkannya harus dari hati.
Karena bentuknya yang aneh, kadang orang berfikir slepsep tak bisa dinikmati. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mencarinya di pinggir pantai atau bebatuan khas pesisir, jadi sebagian orang saja juga yang bisa menikmatinya. Rasanya lain kali perlu mencoba berburu binatang laut yang kecil ini di pinggiran pantai Madura agar sensasinya makin terasa.
Dengan harga terjangkau dan rasa yang lezat, kini slepsep belum tentu menjadi santapan nikmat tiap hari Ahad. Ia bukan makanan instan dengan penguat rasa yang belakangan digemari anak-anak hingga orang dewasa Madura. Kalah saing dengan pentol, sosis dan mie instan yang mampu memikat lidah penggemarnya. Slepsep yang untuk menikmatinya saja butuh belajar berkali-kali dan perjuangan ini mungkin jadi agak ribet dimata orang yang maunya makan cepat saji. Tapi disitulah justru sensasi menikmatinya, slepsep melatih kita untuk sabar dan lebih teliti.
Yang jelas siapapun kamu, kalau belum merasakan nikmat dan ribetnya makan binatang  laut ini rasanya belum pas disebut penikmat kuliner Madura. Jadi makin cinta Madura dengan segala potensi alamnya. Kamu pengurus FLP Jatim? Yuk, lanjut turba sambil eksplor Madura.
Konten sebelumnyaKiprah komunitas Forum lingkar Pena (FLP) Sidoarjo ; Gelar Buku, Ditegur Satpol PP karena Dikira Jualan
Konten berikutnyaForum Perangkat Daerah Dispus 2018, Libatkan Berbagai Pegerak Literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini