Siang itu, selepas menjemput anak sekolah, ada seorang lelaki tua yang terbaring di pos. Dia merintih kesakitan sambil memegang perutnya. Sepertinya benar-benar sakit. Di sebelahnya, sepeda tua tergeletak begitu saja.
Setelah digeledah sakunya dan tidak ditemukan identitas, maka kerumunan orang-orang itu menunggu sampai lelaki tua itu tersadar dari rasa sakitnya. Tak ada identitas, tak ada juga uang di dalam dompetnya. Tak ada yang berani membawanya ke puskesmas terdekat.
Lelaki tua itu tersadar dan menatap kerumunan. Setelah bercakap-cakap dan memberi minum lelaki tua, orang-orang meninggalkannya. Aku merogoh saku, menemukan hanya sedikit uang, uang terakhir yang kupunya. Kuberikan uang tersebut. Hanya sekedar ingin mengisi dompetnya yang kosong. Dia menatapku seraya berdo’a. Sesampainya di rumah, tiba-tiba seorang customer memesan barang daganganku. Labanya persis sepuluh kali lipat dari uang terakhir yang kuberikan pada lelaki tua itu.
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Q.S Saba; 39)