Sering kali, jatuh cinta tak bisa memilih. Tiba-tiba rasa itu hadir menyapa. Atau pelan-pelan tumbuh di hati tanpa kita sadari, mengubah hubungan pertemanan menjadi rasa yang berbeda. Menghadirkan bahagia dan cemas pada satu hela napas. Terlebih ketika rasa itu kian merindang tetapi kita tidak bisa terang-terangan menyatakan. Lalu, badai datang sebelum kuncupnya mekar jadi bunga. Bagaimana agar cinta tak menjadi luka sepanjang masa? Novel Hujan karya Tere Liye ini dengan apik mengemasnya.
Hujan merupakan salah satu novel terbaik Tere Liye tentang cinta dan mengikhlaskan. Atau lebih tepatnya, rida terhadap takdir-Nya terutama soal masa lalu dan kenangan rasa. Kisah cinta dalam novel ini merupakan bentuk kedua dari jatuh hati; tentang dua orang yang berteman lama lalu perlahan tumbuh benih-benih cinta.
Sinopsis Novel Hujan
“Jangan pernah jatuh cinta saat hujan. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu.”
Demikian salah satu kutipan Novel Hujan. Dan jika kamu bertanya mengapa novel ini berjudul Hujan, kutipan tersebut bisa menjadi salah satu jawaban.
Novel Hujan Tere Liye menceritakan tentang seorang gadis bernama Lail. Ia kehilangan ibunya saat hujan. Kehilangan rumahnya saat hujan. Banyak kenangan menyakitkan terjadi saat hujan. Namun, ia juga memiliki banyak harapan saat hujan. Harapan itu dibawa oleh seorang pemuda bernama Esok. Ia yang menyelamatkan nyawanya. Bahkan, menjadi canda dalam sepinya yang sebatang kara.
Dalam perjalanannya, banyak kenangan indah terjadi saat hujan. Perhatian dan kebaikan Esok menumbuhkan rasa tersendiri bagi Lail. Ada rindu saat lama tak bertemu. Ada rasa suka ketika berjumpa atau sekadar mendengar suaranya. Hingga kemudian, badai itu datang. Lail merasa akan berpisah selamanya dengan orang yang ia cintai saat dunia kehilangan hujan.
Lail bertemu Esok sesaat setelah gunung meletus pada 21 Mei 2042. Esok menyelamatkan Lail setelah gadis remaja itu kehilangan ibunya. Membawanya ke pengungsian dan menjaganya laksana seorang kakak kepada adiknya. Ketika kondisi mulai stabil, keduanya keluar dari tenda pengungsian. Lail yang masih kelas 8 masuk ke panti sosial. Esok yang sudah kelas 12 diadopsi oleh walikota. Meski terpisah, keduanya masih bertemu sebulan sekali.
Esok sudah menjadi mahasiswa ketika Lail masuk sekolah keperawatan. Kali ini, keduanya terpisah jauh karena Esok kuliah di ibukota. Hanya bisa bertemu saat liburan semester. Saat itulah Lail menyadari rasa yang berbeda. Perasaannya kepada Esok lebih dari sekadar sayangnya adik kepada kakaknya.
Ah, jatuh hati memang tak bisa memilih. Dan ketika cinta sudah bersemi dalam jiwa, sering kali kita sulit menolaknya. Itu yang Lail rasa. Ia menyadari, selama ini Esok telah mengisi kekosongan hatinya. Esok bisa membuatnya tertawa setelah kesedihan panjang merundungnya. Esok menjadi canda dalam sepinya. Persahabatan berubah menjadi cinta. Apakah Esok juga mencintainya? Lail tidak bisa memastikan.
Hingga puncak konflik akhirnya tiba. Negara-negara yang tidak tahan dengan musim dingin berkepanjangan pasca gunung meletus, menerbangkan pesawat ulang alik ke angkasa, menyiram langit dengan anti gas sulfur dioksida. Rekayasa iklim itu segera membawa hasil. Namun, ada dampak negatif seperti ketakutan para ilmuwan. Bumi mengalami panas berkepanjangan. Dunia memasuki fase serius pemanasan global, tidak akan ada hujan, lalu semua manusia akan tewas terpanggang.
Aliansi sejumlah negara membuat misi penyelamatan. Esok yang tak lain adalah Soke Bahtera bersama para ilmuwan lain mengembangkan kapal luar angkasa yang membawa perwakilan manusia agar tidak semuanya punah. Hanya orang-orang beruntung yang terpilih sistem secara acak bisa menaikinya.
Lail merasa ia akan berpisah selamanya dengan orang yang ia cintai. Lukanya kian tergores ketika ia merasa bahwa Esok akan berangkat ke luar angkasa bersama Claudia, gadis cantik anak walikota. Lail yang tak ingin selamanya terluka oleh kenangan memutuskan untuk menghapus ingatannya. Dengan teknologi penghapus ingatan buruk, ia akan menghapus seluruh memori tentang Esok dan hujan. Saat-saat menegangkan dan membuat pipi basah oleh air mata ada di sesi ini. Di halaman-halaman terakhir novel Hujan Tere Liye.
Baca juga: Suluh Rindu
Kelebihan Novel Hujan
Novel ini sebenarnya adalah novel tentang lingkungan yang mengambil latar waktu masa depan, berkisah tentang perubahan iklim saat dunia terancam pemanasan global. Di tangan Tere Liye, isu serius ini menjadi sangat enak dibaca karena dipadukan dengan kisah tentang persahabatan, cinta, dan perpisahan.
Maka, novel ini pun bertabur rasa. Bisa membuat kita sedih mulai awal membacanya, lalu tertawa saat pada halaman-halam tertentu seperti awal pertemuan Lail dan Maryam. Membuat kita bersemangat saat membaca perjuangan Lail dan Maryam menyelamatkan penduduk dengan membawa pesan peringatan tepat pada waktunya. Tersenyum saat membaca kenangan indah Lail dan Esok. Hingga menutup halaman dengan air mata karena akhir cerita yang sangat mengharukan.
Alur maju mundur pada hampir setiap bab membuat novel Hujan menjadi lebih seru. Soal bahasa, jangan ditanya. Tere Liye mendapat anugerah istimewa membawakan cerita menjadi mengalir dan tanpa terasa sekali duduk kita bisa selesai membacanya.
Satu lagi yang membuat novel ini menjadi istimewa, di dalamnya bertabur banyak kutipan indah. Jika kita sering mendapati kutipan Tere Liye tentang cinta, tentang perpisahan, dan tentang melupakan, sebagiannya terambil dari novel ini. Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan, bagian-bagian terbaik dari kutipan Tere Liye tentang cinta dan melupakan adalah kutipan novel Hujan ini.
Baca juga: Sesuk Tere Liye
Kekurangan Novel Hujan
Cukup sulit jika diminta menyebutkan kekurangan novel ini. Cerita cinta pada novel ini sangat mungkin terjadi. Ceritanya menyentuh karena memang terasa dekat dengan realitas kehidupan. Ia menjadi lebih menarik karena memadukan cerita cinta dengan ancaman pemanasan global dan kecanggihan tekonologi masa depan. Seperti teknologi penghapus ingatan buruk.
Namun, ada cerita yang bagi saya menimbulkan pertanyaan. Misalnya, semendesak itukah jarak antara peningkatan suhu bumi dengan kepunahan seluruh umat manusia di bumi sehingga tidak memungkinkan membuat kapal luar angkasa dalam jumlah lebih banyak? Teknologi sudah sedemikian canggih hingga Esok bisa mengkloning otaknya, mengapa tidak bisa menyiapkan kapal luar angkasa berikutnya?
Baca juga: Rasa Tere Liye
Pesan Moral
Banyak pesan moral yang kita dapatkan dari novel Hujan karya Tere Liye ini. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Menyadari ancaman pemanasan global
Meskipun tidak seekstrem cerita dalam novel ini, ancaman perubahan iklim dan pemanasan global itu nyata. Dengan membaca novel Hujan, kita menjadi lebih menyadari dan menjadi lebih perhatian pada lingkungan. Tere Liye berhasil membuat kita menyadari isu ini tanpa menggurui.
2. Membangun optimisme
Kita boleh kehilangan apa pun tetapi tidak boleh kehilangan harapan. Esok memiliki optimisme tinggi dan menularkannya kepada Lail. Meskipun kehilangan ibunya, kehilangan rumahnya, Lail tidak putus asa. Pun saat dunia menghadapi ancaman pemanasan global, optimisme membuat Esok dan ilmuwan lainnya berhasil menemukan solusi kepunahan manusia.
3. Semangat berjuang
Novel ini mengajarkan semangat berjuang. Bagaimana Lail dan Esok bangkit setelah bencana. Belajar dan terus berjuang mengejar cita-cita. Kita semakin termotivasi ketika membaca adegan bagaimana Lail dan Maryam berjuang sekuat tenaga menyelematkan penduduk dari ancaman bahaya. Pesan evakuasi sampai tepat pada waktunya.
4. Hasil takkan mengkhianati usaha
Lail melakukan penyelamatan itu tanpa pamrih. Ia segera melupakannya. Namun, berjuta orang mengenangnya dan kemudian ia mendapat anugerah penghargaan atas perjuangannya. Pun usaha Esok tak sia-sia. Ia berhasil berkontribusi dalam menyelamatkan umat manusia.
5. Memaknai cinta
Jatuh cinta yang datang secara alami adalah anugerah. Yang membuat kita terluka adalah karena menyamakan cinta dengan memiliki. Salah satu kutipan indah dari novel ini mengajarkannya, “Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta.”
6. Menerima masa lalu dan memaafkan
Ini sepaket dengan pemahaman cinta di atas. Dan Lail akhirnya berhasil berdamai dengan seluruh kenangan dan mendekapnya dengan penerimaan. Maka, ia tak lagi terluka. Secara sederhana, syukuri cinta tapi jangan terlalu berharap untuk memiliki. Jika tidak ditakdirkan hidup bersama, biarlah menjadi memori yang mungkin akan terhapus oleh waktu suatu saat nanti. Jika ditakdirkan hidup bersama, hati lebih bahagia lagi. Merasakan indahnya perayaan cinta laksana kuncup yang mekar jadi bunga. []
Baca juga: Ulasan Film Black Adam
Identitas Buku
Judul buku: Hujan
Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Januari 2016
ISBN: 978-602-03-2478-4
Tebal halaman: 320 halaman
Dimensi: 13,5 x 20 cm Berat: 0,5 kg