The Science of Wealth: Ilmu tentang Kemakmuran

348

Judul buku: The Science of Wealth Karena Kemakmuran Bukan Kebetulan

Penulis : Ki Jendral Nasution
Tebal : 250 halaman
Penerbit : MindMedia Publishing
Cetakan 5, April 2021

The Science of Wealth atau sering disingkat menjadi TSOW, sebuah buku yang baru saja akhirnya saya beli tahun lalu. Sudah lama tahu buku ini, tapi entahlah baru tergerak benar-benar membelinya tahun lalu.

Menurut penulis, buku ini sebenarnya hadir setelah adanya kelas Wealth Mindset, sebuah kelas yang berfokus pada mengubah mindset makmur, terutama bagi para pebisnis. Materi yang disampaikan dalam kelas akhirnya dituangkan dalam buku yang kini terbagi menjadi dua, TSOW1 dan TSOW2.

Ki Jendral Nasution, begitulah penulis memperkenalkan dirinya. Meski nama itu sebenarnya bukanlah nama aslinya, tapi beliau memang merahasiakan nama aslinya, kecuali kepada orang-orang yang bekerjasama dengannya. Saya pertama mengenal beliau dalam kelas Covert Selling, sebuah kelas tentang seni berjualan tanpa terlihat menjual.

Dalam TSOW banyak saya dapatkan perspektif baru tentang kemakmuran dan penghasilan yang sangat berbeda dengan pemahaman saya selama ini. Menariknya, apa yang beliau sampaikan juga berdasarkan dalil dari Al-Qur’an atau hadis serta kisah sahabat.

Beberapa prinsip utama dari uang yang beliau sampaikan:

  1. Unpredictable
    Karena rezeki itu tidak terprediksi, ia berpotensi untuk menjadi tak terbatas seperti yang ada pada surat Ath-Tholaq: 3.

{ وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا }
[Surat Ath-Thalaq: 3]
Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.

2. Delegate
Mendelegasikan pekerjaan yang bisa dikerjakan orang lain agar fokus pada pekerjaan yang tidak bisa didelegasikan.

3. Low Effort, High Impact
Tenaga yang dikeluarkan harus kecil, uang yang didapatkan harus besar.

4. Wealth is Science
Kemakmuran sejatinya adalah ilmu pengetahuan yang memiliki pola dan struktur yang bisa dipelajari.

5. The Master of Money
Kita tidak mengejar uang, tapi biarkan uang yang mengejar kita.

Bagaimana? Membaca lima poin di atas sudah mumet belum? Wkwkwk. Kemakmuran bukanlah sebuah kebetulan karena kemakmuran itu sesuai sunatullah. Sunatullahnya orang yang mengerti cara cepat menghasilkan uang, akan bisa dengan mudah menghasilkan uang. Karena dia sudah paham polanya.

Namun, hal ini harus tetap diselaraskan dengan syariatullah. Apakah cara-cara tersebut sesuai dengan syariat Allah? Di sinilah sebagai muslim kita harus berhati-hati. Karena koruptor pun adalah orang yang tentu pandai, hanya saja kepandaiannya tidak digunakan di jalan yang sesuai dengan syariat-Nya.

Sejatinya, kita memiliki pilihan-pilihan ketika memutuskan sesuatu, misal mau jadi karyawan atau jadi pengusaha. Semua sudah tertulis di lauhul mahfuzh.

{ وَمَا مِنۡ غَآئِبَةٖ فِي ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٍ }
[Surat An-Naml: 75]
Dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di langit dan di bumi, melainkan (tercatat) dalam Kitab yang jelas (Lauḥ Maḥfūẓ).

Setiap jalur takdir yang kita pilih sudah ada di lauhul mahfuzh. Apa-apa yang masih bisa kita pilih masuk dalam takdir muallaq, yakni ketentuan Allah yang masih bisa berubah sesuai dengan usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh orang tersebut. Hal ini tentu berbeda dengan takdir mubram yang sudah tidak bisa diubah manusia, seperti kelahiran dan kematian.

Salah satu hal yang menarik yang dibahas di buku ini adalah kisah sahabat Abdurrahman bin Auf r.a. saat baru hijrah ke Madinah. Beliau dipersaudarakan dengan sahabat Anshor yang kaya. Namun, ketika kekayaan itu ditawarkan, beliau menolaknya. Beliau hanya meminta ditunjukkan letak pasar.

Luar biasanya, tanpa membawa kekayaan apapun dari Mekkah, tak menunggu lama sahabat Abdurrahman bin Auf r.a. segera menjadi kaya hanya dengan ditunjukkan letak pasar. Hal ini menunjukkan bahwa kesuksesan itu berpola. Ketika seseorang sudah tahu polanya, ia akan dengan mudah meraih titik kesuksesan itu lagi. Semua bergantung dengan kapasitas diri.

Hal menarik lainnya salah satunya adalah mengenai bahasan ring satu. Dengan siapa kita paling banyak berinteraksi biasanya akan mempengaruhi juga ke masalah penghasilan. Seperti halnya agama kita akan tergantung dengan agama teman kita, hal itu juga akan berpengaruh ke konsep penghasilan. Jika kita seringnya bergaul dengan orang dengan penghasilan sekian, kita akan tidak termotivasi jika sudah sama-sama sekian.

Banyak hal tentang mindset yang dibahas di buku ini. Yang jelas, bagus dibaca untuk yang ingin memperbaiki penghasilannya karena buku ini banyak berbicara tentang mindset dan ilmu tentang kemakmuran.

Buku ini pun membahas tentang konsep marketing langit yang banyak dilakukan orang. Jangan sampai kita beribadah hanya untuk urusan dunia, sayang ibadahnya. Karena orang atheis pun tetap bisa kaya raya meski tidak pernah beribadah.

Sebagai muslim, tentu kita harus kaya karena dakwah pun butuh dana yang tidak sedikit. Seperti halnya dahulu para sahabat mendanai perang dari harta mereka. Kalau mereka tidak kaya, bagaimana bisa menyumbang sebagian besar hartanya?

Banyak hal yang belum tersampaikan dari sedikit ulasan ini, yang jelas kita harus menyelaraskan antara sunnatullah dan syariatullah agar kita bisa sukses dunia akhirat. Semoga teman-teman di FLP juga mampu menjadi makmur dan mandiri secara finansial dari menulis ataupun usaha yang lain.

Salam,

Konten sebelumnyaSeminar Keislaman: Muhasabah Cinta Remaja
Konten berikutnyaBulan Terbelah di Langit Amerika: Sejarah Islam di Amerika

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini