Film Totto-Chan: Little Girl at The Window merupakan film yang diadaptasi dari kisah nyata dari Tetsuko Kuroyanagi alias Totto-Chan itu sendiri.
Novel Totto-Chan terbit pada tahun 1981 di Jepang, dan sudah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa, salah satunya adalah bahasa Indonesia. Latar cerita dari film atau novel ini terjadi pada perang dunia kedua, dan peristiwa yang sering ada dalam pelajaran sejarah di sekolah, yaitu bom Nagasaki dan Hiroshima pada tahun 1945.
Totto-Chan merupakan siswi SD yang memiliki keunikan dari teman-temannya. Sebelum dikeluarkan dari sekolah, ia dijuluki pembuat onar. Kerap kali membuat gurunya emosi, karena saat pelajaran berlangsung pasti ada saja tingkah lakunya yang membuat seluruh kelas gaduh. Hingga akhirnya, gurunya memanggil orang tua Totto-Chan, meminta agar dipindahkan ke sekolah lain.
Totto-Chan merupakan anak yang ceria dan hiperaktif. Saking aktifnya ia tidak cocok sekolah di sekolahan umum. Kemudian ibunya mencarikan sekolah baru, yaitu Tomoe Gakuen. Totto-Chan sangat antusias dengan tempat belajar barunya tersebut.
Totto-Chan disambut hangat oleh kepala sekolah yang bernama Kobayashi. Dalam pertemuan pertama, kepala sekolah meminta Totto-Chan untuk bercerita. Bapak kepala sekolah dengan sabar mendengarkan Totto-Chan bercerita hingga berjam-jam. Di sesi akhir cerita, Totto-Chan mengungkapkan bahwa di sekolah lamanya ia mendapat julukan si pembuat onar dengan mimik muka sedih.
Resmi menjadi siswi Tomoe Gakuen. Hari pertama sekolah, Totto-Chan cukup bersemangat dan takjub melihat ruang kelasnya adalah gerbong kereta. Selain hiperaktif, Totto-Chan merupakan anak yang penuh imajinasi dan juga memiliki empati tinggi.
Tomoe Gakuen merupakan tempat belajar bagi anak-anak khusus, disana murid-murid diberikan kebebasan dalam menyalurkan ide-ide dan imajinasinya. Tidak hanya itu ketika waktu jam makan siang, kepala sekolah menanyakan bekal apa saja yang dibawa dari laut dan dari darat pada waktu itu. Sistem yang bagus, agar anak-anak mendapatkan gizi seimbang. Makanan yang mengandung protein dan juga sayur.
Kobayashi kepala sekolah yang cukup sabar dan telaten dalam menghadapi setiap murid didiknya. Seperti ketika Totto-Chan menguras septic tank, untuk mencari dompetnya yang jatuh. Ia sama sekali tidak marah melihat Totto-Chan yang tubuhnya dipenuhi kotoran.
Ketika mengetahui guru memberikan penjelasan kepada para murid, dengan menjadikan contoh salah satu muridnya yaitu Takahashi memiliki ekor, hingga ditertawakan seluruh teman-temannya. Guru tersebut kemudian dipanggil ke kantor, Kobayashi pun memberikan nasehat supaya tidak mengajar dengan cara seperti itu, yang bisa melukai perasaan Takahashi atau murid lain.
Ada satu murid bernama Yasuaki di Tomoe Gakuen yang mengidap penyakit polio, kaki dan tangannya kecil. Sehingga cara berjalannya berbeda dari anak lain, hingga menarik perhatian Totto-Chan. Setelah mendengar cerita dari Yasuaki, Totto-Chan sangat peduli dengan temannya tersebut. Karena keterbatasan fisik, Yasuaki lebih memilih membaca buku di kelas daripada bermain di luar dengan teman-temannya.
Mengetahui kebiasaan Yasuaki tersebut, bapak kepala sekolah langsung menambah jumlah buku agar Yasuaki tidak bosan karena mengulang-ulang buku yang dibaca. Tidak tanggung-tanggung Kobayashi mendatangkan satu gerbong kereta lagi untuk perpustakaan.
Kobayashi sebagai kepala sekolah sangat memperhatikan setiap kekurangan sekolahnya dan kebutuhan murid-muridnya. Metode pembelajaran di Tomoe Gakuen sangat menyesuaikan para muridnya. Sehingga anak-anak yang belajar disana tidak merasa bosan.
Saat sekolah libur Totto-Chan dan Yasuaki pergi ke sekolah untuk bermain. Totto-Chan mengajak Yasuaki untuk memanjat pohon, agar bisa merasakan seperti teman-temannya yang lakukan biasanya. Dengan bersusah payah dan berbagai cara, akhirnya Totto-Chan berhasil mengajak Yasuaki duduk di atas pohon. Yasuaki sangat senang waktu itu. Ketika Yasuaki takut masuk kolam renang pun Totto-Chan menyemangati dan mengajak Yasuaki masuk ke kolam.
Setelah libur musim panas, kepala sekolah memberikan pengumuman bahwa Yasuaki meninggal. Sebagai teman dekat Totto-Chan sangat syok mendengar kabar tersebut. Ada juga bagian yang menurut saya agak vulgar, ketika Totto-Chan dan ayahnya mandi dan ketika berenang di kolam dengan teman-temannya, dalam film tersebut ditampilkan tidak mengenakan pakaian sama sekali.
Buat yang sudah membaca novelnya pasti tahu, banyak sekali bagian-bagian yang dipotong. Kadang alurnya juga ada yang kurang nyambung menurut saya. Tidak semua cerita dalam novel ditayangkan, kemungkinan karena masalah durasi.
Film ini cukup bagus menurut saya, dari animasi dan karakter Totto-Chan yang ceria mampu membuat penonton tertawa dan juga ada bagian yang membuat saya ingin menangis.
Lagu latarnya pun bagus sesuai dengan filmnya. Lagu penutupnya juga enak didengar. Cukup seru filmnya, saya rekomendasikan jika ingin nonton di bioskop.***