Beberapa bulan yang lalu, Perusahaan yang memfasilitasi kebutuhan para petani seperti bibit dan pupuk pertanian mengadakan sayembara lomba lukis nasional yang dimulai dari seleksi tingkat daerah, kota/kabupaten. Hadiah utama bagi pemenang juara satu, dua dan tiga serta harapan satu, dua dan tiga adalah berlibur ke pulau dewata bersama masing-masing satu pendampingnya.
Informasi yang datang dari penyuluh pertanian itu menjadi perantara putriku, Icha mengikuti seleksi tingkat daerah. Seleksi tingkat daerah dilaksanakan di kecamatan. Pesertanya memenuhi aula kecamatan. Beberapa juga berasal dari sekolah yang sama dengan Icha. Gambar mereka pun sangat beragam dan mencerminkan ide tema yang diangkat. Pilihan nuansa gambar dan gradasinya cukup mewakili tema. Terlihat Icha juga menikmati setiap goresannya meski duduk bersebelahan dengan beberapa kakak kelasnya.
Tiba saat pengumuman lomba, Aisyah Maghfirah, nama lengkap Icha dipanggil sebagai juara pertama. Piala dan Amplop diserahkan oleh panitia. Hal itu membesarkan hatinya. Dulu dia menganggap bahwa belajar mewarnai gambar hanya kesenangan belaka, bahkan mungkin terpaksa. Idealisme uminya yang ingin mempertajam motorik halusnya mulai saat taman kanak-kanak dulu ternyata memberikan apresiasi atas semua usahanya.
Piala dan amplop masih tergeletak di dipan kayu yang ada di kamar. Perlengkapan melukis juga belum dirapikan ke tempatnya. Terlihat Icha rebahan tapi tetap sumringah dengan cerita yang terus mengalir dari bibir mungilnya. Terbayang saat lomba, hasil karya teman-temannya bagus-bagus, ada perasaan takut kehabisan waktu, namun semua terbayar dengan riuh tepuk tangan saat penyerahan hadiah sebagai pemenang.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Setelah menempuh tiga puluh menit perjalanan kami tiba ditempat yang begitu asri. Beberapa pohon rindang peneduh halaman yang luas itu. Ada beberapa ruangan diantara bangunan tua dengan cat yang sudah memudar. Namun tiang penyangga itu terlihat masih kokoh seakan ingin menyampaikan bahwa pigura pintu kayu jati itu jaya di masanya. Beberapa anak-anak menyapa. Usia mereka tidak sama tapi ada juga yang sebaya. Setelah diterima pengasuhnya kami diajak keliling mengitari panti yang menampung puluhan yatim piatu dari daerah sekitar dengan segala kondisi. Terlihat ada batita yang piatu masih memegang botol susu dalam pangkuan pengasuh. Kami juga bertemu dengan yatim laki-laki yang saat itu sedang bertugas memenuhi bak kamar mandi dari sumur dengan timba kerek. Netranya yang tidak sempurna tidak menghalangi untuk bisa menyelesaikan tugasnya. Beberapa airpun tidak sempurna sampai ke baknya.
“Silakan dites bu, ini juga sedang menghafal Quran. Meski kita belum bisa memfasilitasi alquran braile yang sesuai dengannya, tetapi dengan modal mendengar dan menyimak, anak ini sudah mampu menghafal beberapa juz.”
Kupandangi anak laki-laki usia lima belas tahun itu dengan bergetar. Kelopak matanya menutup, hanya sebagian netranya sajanya yang masih terlihat putih saat ia berusaha menatap hormat melalui suara yang didengarnya. Tubuhnya yang kurus dan perawakannya yang kecil itu segera melantunkan surat yang aku minta. Sambil duduk bersila di ruangan. Dengan kekhusuan dan ta’dzimnya ayat demi ayat surat Al Jin disampaikan dengan indahnya. MasyaAllah…
Betapa kuatnya ikhtiarmu untuk menghafal ayat demi ayat-Mu. Bagiku surat ini awalannya hampir sama. Berkali-kali membuatku sering tertukar mengejanya. Sering berkilah masih muter-muter karena ada jin-nya. Apalah diri ini ya Robbi…Seketika mata ini berkabut. Semakin pekat dan rinai lembut mengalir di pipi yang menghangat ini.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Kendaraan kembali membela setapak bergelombang setelah kurang lebih satu jam menikmati jamuan alam sekitaran panti. Setidaknya bisa mengajak anak-anak wisata hati agar lebih punya hati. Meneguhkan syukur dan meluaskan empati. Isi amplop yang tidak seberapa saat itu telah diterima dengan hangat oleh pengurus yang menerima kami saat itu.
Saat itu rasa gembiranya terwakili adanya piala yang besar dan tinggi yang ia dapat. Isi amplop tidak begitu ia pahami nominalnya, salah satu yang memudahkan jalan kami untuk mengajaknya berbagi. Ia merelakan semuanya hanya dengan anggukan saat abinya bilang “InsyaAllah akan diganti Allah dengan yang lebih baik lagi”. Maka tidak ada yang berat baginya. wajahnya tampak riang. Alhamdulillah, rasa syukur atas ketersambungan hati diantara kami. Semoga Allah ridhoi ikhtiar ini.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Dua bulan telah berlalu dari hari itu. Tiap sepekan sekali dia makin menikmati belajarnya. Goresan dan gradasi warnanya semakin tajam. Beberapa gambar juga menghiasi kolom gambar di beberapa majalah. Tidak hanya majalah anak tapi juga majalah muslimah dewasa. Walhasil beberapa kenang-kenangan juga bisa kita bagi untuk sepupu yang sepantaran. Tas sekolah, Alat tulis, alat gambar, juga ada kaos anak. Alhamdulillah adiknya yang terpaut delapan tahun mengikuti jejaknya.
“Aku juga mau gambarku ada di di buku itu…,” katanya sambil menunjuk majalah yang dimaksud.
“Selamat siang Bapak Ibu dari ananda Aisyah.”
“Mohon dibantu untuk ukuran kaos ananda dan juga nanti yang menemani ananda berangkat.”
Suara diseberang terdengar dari handphone yang sudah diloadspeaker.
“Maksudnya …?^
MasyaAllah…
Kebingungan saya terjawab. Panitia seleksi daerah meneruskan gambar Aisyah ke level propinsi dan nasional direntang waktu dua bulan setelah lomba tingkat daerah. Info terkini bahwa hasil gambar Aisyah Maghfirah termasuk pada kategori penerima hadiah karena hasil dewan juri menobatkannya sebagai juara III secara nasional.
Data lengkap ananda dan yang menemani berangkat sudah terkirimkan, termasuk ukuran kaosnya sebagai team yang akan berangkat bersama minggu depan.
Putriku yang pertama bernama Aisyah Maghfirah biasa dipanggil Icha. Icha yang duduk di kelas tiga jenjang dasar itu diajak menikmati beberapa destinasi Pulau Dewata selama dua hari tiga malam Minggu depan.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
MasyaAllah…
Meyakini semua yang telah digariskanNya. Semua atas kehendakNya. Bahwa kita hanya bisa berikhtiar. Bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan ikhtiar hambaNya. Isi amplop yang dulu telah dikembalikan Allah berlipat-lipat dengan caraNya. Terbang bersama Garuda Indonesia Air Ways adalah pengalaman pertama baginya saat itu. Duduk menikmati jendela, terlihat hamparan hijau juga awan-awan yang biasa ia gambar di kertas kini ia langsung melihatnya dari dekat. MasyaAllah Nak…
Mengitari musium lukis Bali juga beberapa destinasi lainnya yang juga luar biasa sebagai maha karya sang penguasa jagad semoga menjadikanmu lebih kaya wawasan dan wacana.
Uang pembinaan tunai, seperangkat alat gambar dalam satu tas sekolah branded pun lengkap ia terima.
Aisyah Maghfirah, siswa kelas tiga jenjang dasar ini telah menikmati ikhtiarnya. Meski ini bukan keinginannya untuk dikembalikan secara cash di dunia tapi ini memberikan gambaran bahwa Allah itu Maha Segalanya. Berbagi tak pernah rugi.
Penulis, Mardiati Utami, Divisi Kaderisasi FLP Jatim