Difa merupakan murid kelas enam salah satu sekolah dasar di kota Surabaya. Diia bingung tidak menemukan ide untuk membuat puisi yang bertema pahlawan masa kini. Sedangkan teman-temannya sudah ada yang mengirim rekaman video puisi di grup sekolah. Karena masih pandemi korona tugas dikumpulkan secara online. Bu guru Yayuk memberikan batas pengumpulan tugas sampai pukul tujuh malam.
“Keluar dulu saja ah, barangkali nanti aku menemukan ide,” gumam Difa di dalam hati.
Di ruang tamu ada Ayah sedang menonton televisi, tentang berita tukang sapu jalan korban tabrak lari di daerah ibu kota Jakarta. Difa ikut menonton di samping Ayah dengan seksama.
“Kasihan sekali ya Ayah, tukang sapu itu,” kata Difa iba.
“Iya, tukang sapu sangat berjasa sekali untuk pengguna jalan. Mereka membersihkan sampah-sampah di jalan yang berserakan. Berangkat dini hari sampai siang demi kebersihan lingkungan,” jelas sang Ayah.
Tiba-tiba Difa beranjak dari kursi, kemudian kembali menuju ruang belajar karena menemukan ide membuat puisi.
PASUKAN KUNING
Pagi hingga siang menjelang
Peluh bercucuran
Bercampur asap kendaraan
Demi bersihnya jalanan
Nyawa kau korbankan
Dari bahaya laju kendaraan
Oh, pasukan kuning
Kau pahlawan masa kini
Jasamu selalu berarti
Difa segera meminta Ayah untuk menvideokan pembacaan puisinya. Besoknya, Difa mendapat kabar dari dari grup sekolah di handphone Ayah, bahwa rekaman video puisinya masuk sepuluh terbaik di kelas. Difa bahagia, hasil kerja kerasnya mendapat nilai bagus.