Ugh, Hujan!

32

“Ugh, hujan! Sebel!” Bibir Rena cemberut. Keningnya yang tetutup poni berkerut-kerut.

Gadis berusia 10 tahun itu bertopang dagu di dekat jendela. Dia memandangi rintik-rintik air yang mengetuk-ngetuk kaca jendela. Rena tidak suka hujan. Jalanan jadi becek dan kotor. Tapi, repot juga kalau hujan tidak turun. Tanaman tidak bisa tumbuh karena kekurangan air.

“Kenapa, sih, Dek, manyun terus?” goda Kak Nabila sembari menyenggol lengan Rena.

“Rena nggak bisa main keluar.” Rena memandangi hujan yang semakin deras di luar. Air menggenangi kebun kecil depan rumahnya. Jalanan sepi. Biasanya saat sore begini, teman-temannya sudah berkumpul di halaman. Mengajak main. Kini, hanya tampak satu dua orang yang melintas sembari menenteng payung.

            “Gimana kalau kita main di rumah aja? Kakak punya permainan seru, loh,” ajak Kak Nabila sembari tersenyum semringah.

            “Mau, mau. Permainan apa nih, Kak?” Perkataan Kak Nabila membuat Rena antusias sekaligus penasaran.

Kak Nabila menyiapkan toples kaca, piring kaca, air panas, dan beberapa bongkah es batu. “Kita mau bikin hujan buatan.”

            Mereka pun mulai bekerja sama. Rena meletakkan es batu di atas piring. Sementara Kak Nabila menuang air panas ke dalam toples. Kemudian, piring berisi es batu diletakkan di atas toples. Beberapa saat kemudian, titik-titik air turun dari bawah piring. Seperti sedang turun hujan.

            “Wah, hujan. Keren.” Rena menatap tetesan air dengan takjub. “Gimana bisa terjadi hujan, Kak?”

“Ada tiga tahapan terjadinya hujan. Pertama, air di laut, sungai, dan danau menguap karena panas matahari.”

            “Seperti air panas dalam toples ini, ya, Kak.”

            “Tepat sekali.” Kak Nabila mengacungkan jempolnya. “Kedua, uap air naik ke udara membentuk awan. Kumpulan uap air ini mengalami pengembunan sehingga membentuk titik-titik air.”

            “Piring ini kayak langitnya, ya, Kak.”

“Betul. Saat uap air sampai di atas, terjadi pendinginan atau penurunan suhu. Maka akan terbentuk titik-titik air di bawah piring.”

“Setelah itu gimana, Kak?” tanya Rena antusias.

“Ketiga, angin membawa awan ke daratan. Titik-titik air turun pun menjadi hujan. Seperti uap air di bawah piring ini. Jika sudah penuh akan jatuh ke bawah. Hujan buatan juga bisa dilakukan di langit, loh. Caranya dengan menaburkan garam dan bahan kimia lain ke awan.”

“Wah, keren. Ternyata hujan itu seru, ya, Kak.” Rena berseru riang. []

Konten sebelumnyaPerdana FLP Ranting Al Mawardi adakan Talk Show Literasi
Konten berikutnyaSERUPA TAPI TAK SAMA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini