Beliau paling sepuh diantara yang lain. Usianya telah menginjak 80 tahun. Tapi, semangatnya tak kenal lelah. Beliau datang sebelum yang lain datang. Beliau tak pernah punya alasan untuk tidak menghadiri majelis ilmu. Meski dengan tertatih dan terbata membaca huruf demi huruf yang diejanya.
Begitulah. Semangatnya belajar mengalahkan yang lain. Jika yang muda banyak berkeluh kesah tentang sempitnya waktu dan kesempatan untuk belajar,maka beliau akan setia menanti tanpa mengenal lupa. Mungkin, ada yang mengatakan bahwa itu wajar karena usia tua sudah tak lagi punya kesibukan. Tapi saya yakin, di luar sana banyak orang tua yang tak mau lagi belajar dengan alasan usia dan tak mampu lagi berpikir.
Saya teringat Ibu saya yang mulai belajar membaca huruf-huruf hijaiyah saat memasuki usia senja, 65 tahun . Setelah kepergian bapak yang tiba-tiba. Ibu, yang dulu enggan belajar dengan alasan kesibukan yang sangat sebagai guru dan kepala sekolah. Yang dulu hanya suka membaca huruf-huruf latin dan tak mampu mengeja. akhirnya saat ini ditakdirkan telah mampu membaca dengan lancar Al -Quran dan Khatam berkali-kali. Begitulah mungkin cara Allah menyayangi hambaNya.
Ada satu lagi yang saya ingat tentang Eyang, yang mulai belajar membaca huruf-huruf Al-Qur’an saat usianya telah mencapai 70 tahun, saat Allah telah mengambil suaminya. Dan ternyata hafalan beliau melebihi yang muda-muda. Meski dengan terbata-bata.
Sungguh, belajar memang tak mengenal usia. Jika ada keinginan dan niat yang kuat, insya Allah dimudahkan segalanya.