Cernak: Kamu Pasti Bisa, Bebi!

68

“Hei, Bintik. Kenapa kamu selalu menyendiri? Si Bintik pemalu nih yee,” ejek Rara, seorang anak perempuan yang rambutnya selalu dikuncir kuda.

Bebi menutupi bintik-bintik di pipinya dengan helaian rambutnya yang panjang. Dia mempercepat langkahnya dan berjalan menunduk.

“Kamu kenapa, sih, selalu gangguin Bebi?” seru Cinta lantang. Kedua tangannya berkacak pinggang. “Memangnya kamu mau dipanggil Si Kuncir Kuda?”

Rara melengos sebal. Dia kemudian berlalu pergi.

“Makasih, ya, Ta. Kamu selalu belain aku,” ujar Bebi.

“Aku sebel lihat Rara selalu gangguin kamu. Lagian kamu kenapa diem aja? Kamu harusnya lawan biar dia nggak gangguan kamu lagi, Beb.”

Bebi termenung. Dia membenarkan kalimat Cinta. Tapi, dia tak punya keberanian untuk melawan. Dia ingin sekali menjadi anak yang percaya diri seperti Cinta. Sahabatnya itu berani mengatakan apa pun yang ada di pikirannya. Tapi, Bebi merasa rendah diri. Bintik-bintik di pipi membuatnya merasa jelek.

***

“Anak-anak, dua pekan lagi sekolah kita akan mengadakan pentas seni. Setiap kelas diminta menampilkan pertunjukan. Jadi, apa yang akan kelas kita tampilkan?” Bu Asih, wali kelas Bebi, meminta saran dari murid-murid.

“Reog Cemandi,” usul Cinta. Reog Cemandi adalah tarian khas dari desa Cemandi, Sidoarjo, Jawa Timur.

“Siapa yang bisa menari reog Cemandi, Cinta?” “Bebi, Bu. Dia pintar menari,” tunjuk Cinta pada sahabatnya. Cinta tahu Bebi sudah lama mengikuti kursus di Sanggar Tari. Bebi pasti bisa melakukannya.

Bebi mencubit pelan lengan Cinta. Dia tidak mau menari Reog Cemandi. Bebi malu kalau harus menari di depan umum. Berbeda saat dia menari di sanggar yang hanya disaksikan beberapa orang saja.

“Bagaimana, Bebi? Kamu mau?” Bu Asih bertanya.

Bebi meremas ujung bajunya gelisah. Aduh, bagaimana ini! Bebi tidak ingin mengecewakan Bu Asih yang baik. Tapi, dia juga merasakan canggung kalau harus menari di panggung.

“Udah, nggak apa-apa. Nanti narinya juga rame-rame, kan? Nggak sendirian. Mau, ya, please, please?” bujuk Cinta sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

“Iya, Bebi. Kamu kan yang tahu gerakan Reog Cemandi. Nanti kamu bisa ajari teman-temanmu. Ibu juga akan bantu.” Bu Asih ikut memberi semangat.

Bebi akhirnya mengiyakan.

***

Setiap pulang sekolah, murid-murid yang akan tampil di pentas seni giat berlatih. Mereka berlatih di aula sekolah bersama Bu Asih. Cinta tidak ikut tampil dalam pentas seni kali ini. Rara pun iseng mengganggu Bebi lagi. Bebi hanya diam saja tak menanggapi. Namun, tiba-tiba Bebi mendorong Rara.

“Kamu kenapa sih dorong-dorong?” bentak Rara kesal. BRAK! Sebuah papan tulis dorong jatuh tepat di samping Rara. Rara mengelus dadanya kaget. Untungnya benda itu tidak menimpa Rara.

Rara jadi malu karena sudah menuduh Bebi yang bukan-bukan. Selama ini Rara selalu mengganggunya. Tapi, Bebi malah menolongnya. Rara menghampiri Bebi dan mengulurkan tangannya.

“Makasih, ya, Beb. Aku minta maaf sudah jahat sama kamu.” Bebi dan Rara pun bersalaman.

“Iya, aku udah maafin kamu kok.” Bebi tersenyum.

***

Hari pentas seni tiba. Setiap kelas bergantian menampilkan pertunjukannya. Kini, saatnya kelas Bebi tampil. Dia dan tujuh anak lainnya tampil. Bebi memberi salam pembuka. Dia sedikit gugup. Namun, dia sudah berlatih. Jadi, Bebi merasa tidak terlalu takut.

Penampilan Reog Cemandi dimulai. Barong lanang menoleh ke kanan dan ke kiri seraya mengayun-ayunkan golok kayu. Di sebelah barong lanang, Bebi memainkan selendangnya lincah. Gerakan keduanya luwes mengikuti irama musik.

Enam penabuh gendang berjejer di belakang barong lanang dan Bebi. Mereka memberi salam pembuka. Lalu, mereka melantunkan syair dalam bahasa Jawa. Sementara para penabuh terus memukul gendang sambil menari. Mereka memberi hormat, berjalan, memutar, dan beratraksi silat. Penampilan Reog Cemandi memukau para penonton. Bebi dan teman-temannya pun mendapat hadiah untuk penampilan terbaik. []

Konten sebelumnyaCerbung: Langit Masih Biru (Bagian 2)
Konten berikutnyaCerbung: Langit Masih Biru (Bagian 3-terakhir)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini